Liputan6.com, California - Otoritas keamanan mengatakan bahwa Syed Rizwan Farook bersama istrinya, Tashfeen Malik, pelaku penembakan massal di California, Amerika Serikat, sepertinya sudah teradikalisasi, dan berhubungan dengan orang-orang yang sedang diinvestigasi oleh FBI.
Pasangan penembak massal di San Bernardino, ternyata juga memiliki 6.000 amunisi. Saat insiden terjadi mereka membawa 1.600 amunisi dan sisanya 4.500 buah ditemukan oleh FBI dan polisi di rumah mereka. Menurut aparat, mereka menembakkan peluru itu 65 hingga 75 kali.
Baca Juga
Advertisement
Akibatnya, 14 orang tewas dan 17 terluka. Polisi juga menemukan bom pipa serta ratusan peralatan bahan peledak.
Syed Rizwan Farook dan Tashfeen Malik diduga kuat telah mempersiapkan serangan itu. Mereka membawa dua senjata laras panjang, dua pistol dan baju mirip militer. Seluruh senjata itu dimiliki secara legal.
Aparat mengatakan senjata-senjata itu dibeli tahun 2011 dan 2012. Adapun mobil SUV hitam itu merupakan mobil sewaaan.
"Mereka seperti menyemprotkan peluru kepada para korban," kata Kepala Polisi Jarrod Burguan, Jumat (4/11/2015) seperti dilansir ABC News.
Siapa Syed Rizwan Farook?
Beberapa koleganya mengatakan bahwa Rizwan Farook dan istrinya, contoh hidup 'American Dream'.
Muda, sehat, dan memiliki pekerjaan yang bagus. Pengantin baru dan punya bayi permpuan berusia 6 bulan. Ia juga spesialis kesehatan lingkungan. Lahir di Illinois namun besar di San Bernardino, California.
Farook lulus dari California State University sebagai sarjana kesehatan lingkungan pada 2009.
Farook tidak punya catatan kriminal. Sebelumnya tidak punya rekam jejak radikalisasi agama maupun politik. Koleganya di departemen kesehatan San Bernardino mengatakan ia pemuda pendiam dan sopan. Awal tahun ini bahkan satu kantor mengadakan 'baby shower' untuk dia dan istrinya.
"Sampai sejauh ini kami belum menemukan motif apapun," ujar Burguan lagi.
Namun mereka menyusun puzzle satu demi satu. Insiden itu kemungkinan terjadi karena ada permasalahan pribadi dan motif ideologi.
Menurut sumber kepolisian, meskipun lahir dan besar di Amerika Serikat, Farook keturunan Pakistan.
Beberapa tahun terakhir, ia berhubungan dengan kerabat Pakistannya yang tengah berada di bawah radar FBI akibat kegiatan teroris internasional.
Meski begitu, percakapan tak sering terjadi. Orang-orang yang diawasi itu pun bukanlah prioritas tinggi, dan terakhir kali Farook berhubungan dengan mereka sudah berbulan-bulan lalu.
Namun, hingga penyerangan yang terjadi pada Rabu 2 Desember, polisi tidak menemukan pasangan itu sebagai potensi orang-orang yang telah teradikalisasi.
Adapun dugaan yang paling mengarah adalah dia memiliki masalah dengan pekerjaannya. Beberapa saksi mata mengatakan sebelum menembak, ia meninggalkan ruangan dengan penuh amarah.
Farook sendiri bertemu Malik lewat fasilitas kencan online, dan menyukai kegiatan menembak. Hal itu ia tulis di sebuah laman pencari jodoh di mana ia bertemu istrinya itu.
Namun, sampai Rabu kemarin, tak satupun menyangka pasangan itu begitu dramatisnya berubah. Farook sudah bekerja di departemen kesehatan selama lima tahun. Ia mendapatkan gaji US$70.000 per tahun.
Kendati polisi tidak yakin kapan pasangan itu menikah atau bertunangan, namun sebuah laporan mengatakan bahwa mereka telah menikah selama 2 tahun.
Farook melaksanakan ibadah haji pada 2013. Dalam perjalanan itu, ia akhirnya bertemu Malik-- yang sebelumnya ia kenal dari situs perjodohan dan menikah. Ia memboyong istrinya ke AS dan menggelar resepsi pernikahan di Pusat Keagamaan Islam di Riverside, mengundang sekitar 250 sampai 300 orang.
Malik yang katanya ahli farmasi, masuk ke AS dengan visa pasangan, lalu menjadi permanen residen.
Pemuda Saleh
Direktur Pusat Keagamaan Islam di Riverside, Mustafa Kuko menyatakan bahwa Farook merupakan seorang muslim yang taat dan kerap beribadah di masjidnya. Farook juga sempat menunaikan ibadah haji pada 2013.
"Dia sering mendengarkan khotbah saya di sini. Saya semalaman berfikir tentangnya dan tentang apa yang terjadi," kata Kuko, seperti dilansir dari CNN. Ia juga sangat terkejut dan bingung dengan penembakan massal itu.
Kuko mengingat bahwa Farook kerap kali menunaikan salat di masjid Riverside baik saat pagi buta maupun tengah malam. Namun, Farook kemudian tak terlihat lagi di masjid itu sejak 2014. "Dia orang yang sangat tenang, damai, tidak pernah silang pendapat dengan siapa pun atau bersengketa," kata Kuko mengenang sosok Farook.
Advertisement
Keluarga Farook
Sebuah laporan pengadilan pernah menuliskan Farook dan kakak beradiknya pernah berada di tengah kekerasan domestik oleh ayah mereka Syed Farook dan ibunya Rafia. Sang ibu sudah mendaftarkan surat perceraian pada 2008.
Menurut Rafia, anaknya itu pernah bertengkar dengan ayahnya pada 2008. Saat itu, ia meninggalkan rumahnya untuk tinggal bersama kakak tertuanya yang bekerja di kantor pajak California di Corona, sekitar 50 kilometer dari San Bernardino.
Kakak Farook yang lain adalah Syed Raheel Farook. Raheel dilaporkan adalah mantan angkatan laut AS yang banyak mendapatkan penghargaan dari pemerintah.
Raheel masuk AL pada tahun 2003 hingga 2007. Ia pernah bertugas di kapal induk USS Enterprise sebagai teknisi sistem informasi dan pernah bertugas di Timur Tengah.
Ia mendapatkan penghargaan medali National Defense Service , Global War on Terrorism Expeditionary, Global War on Terrorism Service dan pita Sea Service Deployment Ribbon.
Ia juga spesialis perangkat perang dan pernah diberikan medali Good Conduct. Raheeel dan istrinya Tatiana sering memposting foto-foto mereka di Facebook. Memperlihatkan kebahagiaan mereka dan anak perempuannya. Mereka kini menghapus akun tersebut.
Tatiana dalam Linkedin-nya menyebut dirinya siswa di community collage di Riverside California.
Namun beberapa tahun terakhir, tetangga merasakan keluarga itu berubah dalam satu tahun terakhir. 3 kali polisi datang ke rumah itu atas laporan kekerasan domestik.