Sukses

Ternyata Air Gula punya Khasiat Lebih Baik dari Minuman Energi

Minuman energi tidak memilliki dampak yang sangat baik. Sebagai alternatifnya, air gula memiliki efek sama--dan lebih tak berbahaya.

Liputan6.com, Bath - Minuman energi menjadi andalan atlet untuk diminum sebelum berlatih atau pertandingan. Bahkan bukan hanya atlet, murid sekolah atau mahasiswa pun kerap menenggak minuman energi untuk asupan energi sebelum belajar.

Namun, selain belum terbukti secara ilmiah khasiatnya, minuman energi juga memiliki dampak kurang baik terhadap kesehatan, seperti tekanan darah yang meningkat dan resiko diabetes.

Ada alternatif yang lebih tak berbahaya dibanding minuman energi--walau tidak sepenuhnya sehat juga. Menurut studi terbaru dari periset UK, menyeduh gula dalam air cukup untuk mengurangi rasa lelah setelah kegiatan olahraga.

Dikutip Science Alert, Minggu (6/12/2015), periset dari University of Bath menguji efek pada minuman yang mengandung glukosa dan sukrosa pada atlet sepeda balap jarak jauh. Pengujian ini bertujuan membandingkan seberapa ampuh kedua jenis minuman dalam menghindari penurunan kadar karbohidrat dalam level glycogen dalam lever.

Pro dan kontra minuman berenergi yang tinggi kafein terus mendapat perhatian khusus dari ahli kesehatan di negara maju.

"Karbohidrat yang tersimpan dalam lever penting dalam olahraga daya tahan, zat ini membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil," ungkap pemimpin riset Javier Gonzalez.

"Bagaimanapun, walau kita memiliki pengertian yang cukup baik dalam mengerti perubahan karbohidrat yang disimpan dalam otot dengan olahraga dan gizi, kita tak banyak mengetahui mengenai pengoptimalan karbohidrat yang disimpan dalam liver selama dan sesudah berolahraga," ujarnya.

Baik sukrosa atau glukosa merupakan zat yang selama ini kita kenal dengan nama "gula" dan selalu dilibatkan dalam membuat kue, atau menyajikan teh dan kopi. Zat ini cepat diserap tubuh untuk menghasilkan energi.

Bagaimanapun, mengenai molekulnya, kedua zat berbeda. Glukosa maupun fruktosa merupakan monosaccharide. Ketika keduanya digabungkan, terbentuklah sukrosa, yang diklasifikasikan sebagai disaccharide.

Banyak minuman energi menggunakan sukrosa, beberapa menggunakan campuran glukosa dan fruktosa, beberapa hanya menggunakan glukosa. Pada lidah manusia, keduanya memilki rasa yang sama, namun ketika sudah dicerna tubuh, perbedaannya jadi lebih kentara.

Struktur molekul pada kedua jenis gula mempengaruhi cepat lambatnya zat diproses, sukrosa lebih cepat diserap. Artinya, minuman energi yang hanya mengandung glukosa bisa mengakibatkan gangguan pada perut.

Direkomendasikan, menyeduh gula dalam air merupakan metode mempermudah latihan olahraga.

Walau semua jenis gula akan mengembalikan tingkat energi Anda, kecepatan prosesnya menjadi penting ketika Anda melakukan kegiatan yang memerlukan banyak energi dan hasil penilaiannya dihitung dari performa.

"Kami menemukan bahwa olahraga terasa lebih mudah, dan rasa di perut para atlet lebih baik, saat mereka mengonsumsi sukrosa, bukannya glukosa," jelas Gonzalez. "Ini menunjukkan, ketika tujuan Anda adalah untuk memaksimalkan ketersediaan karbohidrat, sukrosa merupajan sumber karbohidrat yang lebih baik dibandingkan glokusa."

Namun, berapa jumlah gula yang ideal dikonsumsi dalam berolahraga? Menurut penemuan, yang diterbitkan di American Journal of Physiology – Endocrinology & Metabolism, untuk performa optimal di olahraga seperti bersepeda jarak jauh, yang waktu berlangsungnya lebih dari 2,5 jam, mengonsumsi 90 gram gula per jam, dibagi menjadi 8 gram gula yang dilarutkan dalam 100 ml air, merupakan jumlah yang disarankan.