Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Barack Obama buka suara tentang tragedi penembakan di San Bernardino yang menewaskan 14 orang dan melukai 21 lainnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Obama di Ruang Oval (Oval Office), tempat kerja resmi Presiden AS di Gedung Putih -- yang jarang dijadikan lokasi pernyataan sikap. Â
Penembakan di San Bernardino dilakukan oleh Syed Rizwan Farook yang lahir di Amerika dan istrinya warga negara Pakistan, Tashfeen Malik. Keduanya diduga telah teradikalisasi ISIS.
Obama mengatakan, penembakan tersebut adalah perbuatan teror yang bertujuan membunuh nyawa orang-orang yang tak bersalah.
Namun ia menegaskan, "Kebebasan lebih kuat dari rasa takut. Jangan lupa, AS telah melalui perang, depresi, bencana dahsyat, juga serangan teror mematikan sebagai sebuah bangsa. "
Sang presiden bersumpah negaranya akan bertindak, mengatasi ancaman terorisme yang terus berkembang, terutama yang menyangkut ISIS.
Namun, Obama dengan tegas mengimbau agar perang melawan teror tidak membuat warga AS justru menyerang satu sama lain.
"Jangan biarkan upaya melawan teror ini didefinisikan sebagai perang antara Amerika melawan Islam. Ini adalah yang diinginkan ISIS. ISIS tidak mewakili Islam. Mereka adalah penjahat dan pembunuh yang kejam," tegas Obama, seperti Liputan6.com kutip dari Voice of America.
Obama justru mengatakan, kunci sukses mengalahkan terorisme adalah menyertakan komunitas Islam dalam perlawanan tersebut. "Bukannya menyingkirkan mereka lewat prasangka dan kebencian," kata dia seperti dikutip dari BBC, Senin (7/12/2015).
Sang 'Anak Menteng' itu mengingatkan warga muslim Amerika adalah bagian dari masyarakat AS.
Baca Juga
Kepada rakyatnya, Obama mengingatkan bahwa terorisme telah memasuki fase baru, dari serangan skala besar yang dilakukan Al Qaeda -- termasuk dalam tragedi teror 9/11 --Â menjadi serangan yang dilakukan individu-individu yang teradikalisasi.
AS, tambah suami Michelle Obama itu, akan mengerahkan semua aspek kekuatannya melawan teror.
Obama menggarisbawahi bahwa AS dan sekutunya telah mengintensifkan serangan dan pengeboman ke infrastruktur minyak ISIS. Juga akan terus melatih dan mempersenjatai pihak pemberontak yang moderat di Irak dan Suriah.
"Militer AS akan terus memburu para pemimpin teroris di mana pun," kata dia.
Namun, AS tak mau terseret lagi ke dalam perang di medan tempur darat yang lama dan mahal di Irak dan Suriah. "Justru itu yang diinginkan oleh kelompok-kelompok seperti ISIS," kata Presiden ke-44 AS itu.
Sementara itu, Obama juga menyerukan kontrol senjata api yang lebih ketat di negaranya. (*)