Sukses

Terungkap, Dokumen Rencana ISIS Bangun Negara

Dokumen 24 halaman itu merencanakan membangun relasi internasional, operasi propaganda, mengontrol minyak, gas dan obyek vital lain,

Liputan6.com, Raqqa - Selama ini dunia internasional menganggap kelompok teroris ISIS ingin membangun kekhalifahan. Namun, ternyata tak sekedar itu. Sebuah dokumen mengungkapkan secara detil bahwa kelompok itu berencana membangun negara di Irak dan Suriah lengkap dengan kementerian, budget, serta program ekonomi untuk bertahan hidup.

Dokumen 24 halaman itu didapati oleh The Guardian yang dilansir oleh Liputan6.com pada Selasa (8/12/2015). Cetak biru itu disebutkan berisi rencana bagaimana ISIS membangun relasi internasional, operasi propaganda, mengontrol minyak, gas dan obyek vital lainnya untuk ekonomi mereka.

Manual itu ditulis tahun lalu dan berjudul 'Prinsip-prinsip Administrasi Negara Islam'. Isinya tentang meletakkan aspirasi negara ISIS. Mereka adalah kelompok jihad terkaya dan paling stabil dalam 50 tahun terakhir.

Bersama-sama dengan dokumen lain yang diperoleh Guardian, adalah sebuah gambaran lain dari kelompok itu. Meskipun mereka kerap kali melakukan kekerasan brutal, namun dalam dokumen itu mengatur tentang hal-hal yang dasar seperti kesehatan, pendidikan, perdagangan, komunikasi dan pekerjaan.

Singkatnya, mereka sedang membangun sebuah negara.

Kendati Barat meningkatkan perang udara mereka pada target ISIS di Suriah, implikasinya adalah bahwa tugas militer tidak sesederhana hitungan matematika. Jumlah pejuang ISIS jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan.

Dokumen lain yang ditemukan, adalah dasar-dasar untuk melatih 'kader administrator' saat ISIS dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi, yang mendeklarasikan "khalifah" di Irak dan Suriah pada tanggal 28 Juni 2014.

Dokumen itu adalah sketsa cara mengatur departemen pemerintah termasuk pendidikan, sumber daya alam, industri, hubungan luar negeri, hubungan masyarakat dan kamp-kamp militer.

Tertanggal beberapa waktu antara Juli dan Oktober 2014, dokumen tersebut memberikan rincian bagaimana ISIS akan membangun kamp pelatihan yang terpisah untuk pasukan reguler dan pejuang veteran.

Veteran yang dimaksud adalah mereka yang harus pergi pada kursus penyegaran dua minggu setiap tahun untuk menerima instruksi "seni terbaru menggunakan senjata, perencanaan militer dan teknologi militer".

Dokumen itu mengatakan mereka juga akan memberi komentar rinci pada teknologi dari musuh dan bagaimana tentara negara dapat mengambil keuntungan dari mereka.

2 dari 3 halaman

Kemampuan ISIS Lampaui Al Qaida

Panduan manual kenegaraan itu merekomendasikan sebuah departemen untuk mengelola kamp-kamp militer dan pengaturannya yang kompleks. Dengan kitab pedoman itu, kemampuan ISIS dipastikan telah melampaui Al Qaida di Afghanistan selama waktu merencakan serangan 9/11.

Dokumen tersebut mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa ISIS wajib melatih anak-anak dalam seni perang. Rekaman propaganda ISIS pada tahun ini telah menunjukkan dengan jelas anak-anak sedang dilatih perang, dan bahkan membuat mereka mampu menembak tawanan.

twitter.com

Teks ditulis oleh seorang Mesir bernama Abu Abdullah, secara eksplisit telah melakukan pelatihan itu dari pertengahan hingga akhir 2014. Anak-anak, menurut tulisan itu, akan menerima "pelatihan menggunakan senjata ringan" dan orang luar biasa akan dipilih untuk tugas portofolio keamanan, termasuk pos-pos pemeriksaan, dan patroli.

Tulisan dalam panduan tersebut juga menyoroti kebutuhan ISIS, untuk dengan mendirikan pabrik untuk produksi militer dan makanan lokal sendiri.

Dokumen tersebut didapati dari seorang pengusaha bekerja untuk ISIS melalui peneliti akademis Aymenn al-Tamimi, yang telah bekerja selama setahun untuk mengkompilasi dokumen-dokumen yang muncul di publik.

Untuk alasan keamanan, Guardian tidak dapat mengungkapkan informasi lebih lanjut tentang pengusaha itu yang telah membocorkan hampir 30 dokumen termasuk laporan keuangan dari salah satu provinsi terbesar ISIS.

ISIS telah mengalami kemunduran militer dalam beberapa pekan terakhir, dan beberapa orang Arab Sunni dari Raqqa telah menunjukkan bahwa mereka lebih baik di atas kertas daripada dalam praktek.

Tapi Tamimi mengatakan pedoman itu, bersama dengan lebih dari 300 dokumen ISIS yang telah ia peroleh selama tahun lalu, menunjukkan bahwa ISIS merencakan membangun sebuah negara yang layak dan berakar dalam teologi fundamentalis. Dan itu adalah tujuan utama mereka.

"ISIS adalah proyek untuk memerintah. Mereka tidak hanya bertempur sampai akhir," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Bukan Sekedar Perang Tanpa Akhir

Pensiun Jenderal Stanley McChrystal, yang memimpin unit militer menghancurkan organisasi pendahulunya ISIS yaitu ISI di Irak dari 2006 hingga 2008, mengatakan: "Jika memang dokumen itu asli, hal tersebut sangat menarik dan harus dibaca oleh semua orang -- terutama para pembuat kebijakan di Barat.

"Jika Barat terus menerus melihat ISIS sebagai kelompok stereotip pembunuh psikopat, kita berisiko secara dramatis meremehkan mereka," ujarnya.

"Dalam 'Prinsip-prinsip administrasi Negara Islam', Anda melihat fokus mereka ada pada pendidikan yang benar-benar indoktrinasi. Dimulai dengan anak-anak, pemikiran tentang penggunaan teknologi untuk menguasai informasi (propaganda), dan kemauan untuk belajar dari kesalahan gerakan sebelumnya," tambahnya lagi.

"Ini bukan sekedar prinsip Mao, atau praktik Viet Minh di Indochina, atau gerakan lain, tapi ini benar-benar tersusun secara rapi," wanti McChrystal.

Charlie Winter, seorang peneliti senior untuk Georgia State University yang telah melihat isi dokumen, mengatakan hal itu menunjukkan ISIS memiliki kapasitas tinggi untuk merencanakan sesuatu.

"Jauh dari kesan sebagai tentara irasional, fanatik yang haus darah, ISIS adalah organisasi politik sangat punya hitungan sangat kompleks, ada infrastruktur terencana di balik itu," ungkap Winter.

Letnan Jenderal Graeme Lamb, mantan kepala pasukan khusus Inggris, mengatakan pedoman itu adalah peringatan untuk strategi militer saat ini.

Buang Mayat Sandera di Jalan, ISIS Sebarkan Penyakit Mematikan  (Reuters)

Mengacu bagian dari teks kenegaraan di mana ISIS berulang kali mengklaim bahwa mereka adalah satu-satunya wakil sejati Muslim Arab Sunni di wilayah itu, Lamb mengatakan itu penting untuk memastikan keterlibatan kepemimpinan Sunni yang lebih luas dalam perang dengan ISIS, atau berisiko memberi amunisi pada monster itu.

"Melihat Daesh (ISIS) dan kekhalifahan hanya sebagai target yang mudah dihancurkan oleh kekuatan militer bisa berpotensi gagal untuk memenangi perang ini," tutur Lamb.

"Dalam menghancurkan mereka harus turut serta pimpinan Arab Sunni dan banyak suku di seluruh wilayah, serta faksi-faksi agama lain di Timur Tengah. Dengan begitu, mereka bisa hancur," tambahnya.

"Ini bukan saat bagaimana kita membentuk kampanye kontra-ISIS lagi. Ini waktunya bersatu dan bergerak agar kita tidak punya potensi kegagalan dalam membumihanguskan ISIS," tutup Lamb.