Liputan6.com, Jakarta - Jessica Cox terlahir tanpa lengan dan tangan. Namun, ia bisa melakukan banyak hal, bahkan lebih dari yang mampu dikerjakan orang yang memiliki anggota tubuh lengkap.
Perempuan itu bisa membuka kaleng, makan sushi, mengenakan maskara sendiri, main piano, mengemudi, menyelam, memanjat tebing, berselancar, menguasai bela diri, bahkan menerbangkan pesawat!
Semua itu dilakukan dengan mengerahkan kedua kaki beserta jemarinya.
"Kata kuncinya adaptasi. Karena sejak awal tak memiliki lengan dan tangan, aku menciptakan koneksi dengan kakiku," kata dia kepada News.com.au, yang dikutip Liputan6.com pada Sabtu (12/12/2015). "Aku mengeksplorasi dunia menggunakan jari-jari kakiku."
Baca Juga
Bagi Jessica, jemari kakinya serupa jari-jari tangan pada manusia lain. "Aku mengangkat telepon, meletakkan di bahuku secara otomatis, tanpa berpikir," kata dia.
Meski demikian, ia mengalami hambatan soal keseimbangan jika melakukan aktivitas dalam kondisi berdiri.
Jessica mengatasinya dengan berdiri hanya satu kaki, dan menggunakan kaki kanannya untuk melakukan hal-hal lain. "Kaki kiriku menjadi tumpuan. Jika Anda lihat, kaki-kakiku sangat berotot," kata dia, tersenyum.
Perempuan 32 tahun asal Tucson, Arizona memang tak pernah punya tangan. Secara teknis ia mengalami kondisi yang disebut 'congenital amputee'. Setidaknya 1 dari 2.000 bayi yang terlahir di dunia mengalami kondisi tanpa tungkai dan lengan -- mulai kehilangan jari hingga tak memiliki kaki dan tangan sekaligus.
Advertisement
Baca Juga
Jessica dan dokter sama sekali tak tahu mengapa ia bisa mengalami kondisi seperti itu. Tak ada masalah dalam kandungan ibunya -- seorang perawat yang tak pernah menelan sebutir aspirin pun saat hamil dan tahu benar soal kesehatan.
Apapun, ketabahan dan dukungan orang-orang terdekat membuat Jessica tumbuh menjadi perempuan hebat.
Kisah dan pencapaiannya mengispirasi ribuan manusia lain di dunia. Membuktikan, disabilitas bukan halangan.
Jessica Cox menjadi orang tanpa lengan pertama yang meraih sabuk hitam dalam olahraga beladiri ATA Martial Arts.
Tak hanya itu, namanya tercatat dalam Guinness World Record sebagai manusia tanpa lengan pertama dalam sejarah penerbangan dunia, yang mendapatkan sertifikat pilot.
Jessica bisa menerbangkan pesawat. Ya, mengangkut penumpang. Meski cuma seorang. Semua itu dilakukan dengan kaki-kakinya.
"Saat masih belia, aku ingin terbang seperti burung di atas taman bermain. Kala itu, ingin rasanya bisa memanjat perosotan, namun aku takut jatuh saat menaiki tangga," kata perempuan yang lahir tahun 1983 itu.
Tekatnya yang kuat membuat apa pun tak mustahil diraih. Disabilitas bukan halangan. "Justru pembatasan sosial yang bikin aku frustasi, lebih dari fakta bahwa secara fisik aku tak punya tangan."
Jessica Cox kini bisa menerbangkan pesawat hingga ketinggian 10.000 kaki. Ia mungkin tak bakal pernah diizinkan untuk menerbangkan pesawat jumbo yang disesaki ratusan penumpang, namun, perempuan luar biasa itu sudah merasa puas. Setidaknya, cita-citanya saat kecil sudah tergapai.
"Perasaan bahwa aku punya kebebasan untuk memberdayakan diriku sungguh luar biasa. Aku merasa jika aku bisa mengendalikan pesawat ini, maka aku akan bisa melalui apa pun. Kepercayaan diri dari melakukan hal-hal seperti inilah yang membuatku ingin terus maju."
Kebebasan yang melampaui keterbatasan fisik. Kekuatan jiwanya yang berhasil yang mendobrak kata 'mustahil' dirasakannya kuat saat menerbangkan pesawat. "Adrenalin selalu terpacu saat berada di langit," tambah Jessica.
Mengubah Kelemahan Jadi Kekuatan
Jessica tahu benar bagaimana rasanya tumbuh sebagai anak yang tak memiliki tangan.
Tak sedikit anak-anak lain yang mengejek. Menggolok-olok dengan julukan 'Hook' atau 'Robort Girl' di sekolah -- karena memakai lengan prostetik. Tak hanya para bocah, bahkan orang dewasa pun kerap memicingkan mata pada mereka yang terlihat berbeda.
Namun, pendapat negatif orang lain tak mematahkan Jessica. Ia belajar bagaimana membangun percaya diri, untuk tak mengambil hati opini negatif orang lain.
Orang-orang meragukannya, pun dengan masyarakat, namun Jessica tak kenal kata 'ragu'.
Pada masa kanak-kanak, ia sempat mengenakan lengan prostetik. Hingga suatu hari, Jessica melepaskannya, dan memasukkannya ke lemari.
"Bagiku tak nyaman. Aku merasa harus memakainya dalam tekanan, agar penampilanku terlihat ' normal' di mata orang lain," kata dia. "Dan aku akhirnya memutuskan untuk mengembangkan rasa percaya diri. Itu yang terpenting."
Apalagi, tambah Jessica, tangan prostetiknya itu tak fungsional. Ia merasa lebih baik menggunakan kaki-kakinya untuk beraktivitas.
Bagi perempuan berambut panjang itu, usia 16 tahun menjadi titik balik baginya. Yang mengubah hidupnya. Kala itu, ia bepergian sendirian dari Philadelphia ke Phoenix. Mengurus semua kebutuhannya sendiri selama 11 hari.
Petualangannya itu membuatnya sadar, ia bisa mengurus dirinya sendiri. Wanita tangguh itu pun memutuskan tak akan menyia-nyiakan kesempatan hanya karena tak punya tangan.
Sejak itu, ia melakukan apa pun, dari menaklukkan ombak dalam olahraga surfing, memanjang tebing, main piano, menunggang kuda. Jessica menjadi motivator, bintang film, bahkan penulis.
"Fakta bahwa aku tak punya tangan tak membuatku ragu menyambut petualangan. Aku adalah tipe manusia yang ingin melakukan hal-hal baru," kata Jessica.
Ia menambahkan, mungkin orang mengiranya hanya sedang 'mencoba membuktikan dirinya'. Namun, kata Jessica, menjadi petualang adalah jati dirinya.
"Itulah diriku yang sejati. Dengan atau tanpa lengan."
Advertisement