Sukses

Tiongkok Makin Getol Latihan Militer di Laut China Selatan

Tiongkok secara berkala terang-terangan mengumumkan latihan militer di Laut Cina Selatan.

Liputan6.com, Jakarta - Angkatan Laut Tiongkok getol melakukan latihan militer di Laut China Selatan. Bahkan Kementerian Pertahanan terang-terangan mengumumkan bahwa mereka akan melakukan latihan rutin di kawasan itu.

Tiongkok mengatakan, perairan yang kaya energi ini adalah jalur perdagangan dengan nilai lebih dari US$5 triliun setiap tahun. Sehingga Filipina, Brunei Darusalam, Vietnam, Malaysia dan Taiwan saling klaim di kawasan itu.

"Tindakan ini rutin dilakukan sesuai dengan rencana pelatihan angkatan laut tahun ini," kata Kementerian Pertahanan Tiongkok dalam sebuah pernyataan singkat seperti dikutip Reuters, Minggu (13/12/2015).

Di akun media sosial media pemerintah China dalam beberapa hari terakhir menunjukkan gambar dari kapal angkatan laut Tiongkok yang terlibat dalam latihan di Laut China Selatan. Namun mereka tak mengatakan di mana tepatnya mereka mengadakan latihan.

Tiongkok secara berkala terang-terangan mengumumkan latihan militer di Laut China Selatan.

Washington pun meradang. Amerika juga mengkritik pembangunan pulau oleh Tiongkok di Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan. Mereka pun kemudian melakukan patroli udara di dekat karang beting yang dibangun Tiongkok.

Bulan lalu, pesawat pembom AS B - 52 terbang di dekat pulau buatan Tiongkok itu. Negeri Tirai Bambu itu pun langsung menyatakan keprihatinannya karena Amerika dan Singapura menyebar pesawat mata-mata AS P8 Poseidon ke wilayah Singapura. Tiongkok berpendapat, langkah tersebut bertujuan memiliterisasi wilayah tersebut.

Tujuan manuver pesawat mata-mata AS di Singapura itu diklaim untuk mendukung "upaya keamanan maritim" serta mengamati aktivitas Tiongkpk terkait polemik klaim wilayah Laut China Selatan.
 
Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter dan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen dalam pernyataan bersama menyampaikan kesepakatan kedua negara soal operasi pesawat Poseidon P8. Langkah AS dan Singapura sensitif bagi Tiongkok. Sebab, Tiongkok memiliki kepentingan besar untuk mempertahankan klaim sekitar 90 persen kawasan Laut China Selatan.