Sukses

Robot Ini 'Hadirkan' Pelajar di Sekolah

Untunglah, dengan bantuan robot, gadis itupun bisa ‘hadir’ secara virtual di sekolahnya di Maryland selagi berada di New York.

Liputan6.com, Poolesville - Dengan menggunakan sebuah robot, seorang anak perempuan penderita kanker tetap bisa ‘hadir’ di sekolah walaupun sedang menjalani perawatan kankernya.

Dikutip dari Daily Mail pada Senin (14/12/2015), Peyton Walton (10) yang berasal dari Montgomery County di negara bagian Maryland baru saja mendapat diagnosa kanker langka, yaitu sejenis kanker hati yang progresif.

Iapun dijadwalkan melakukan kemoterapi yang dilanjutkan dengan beberapa kali radioterapi di New York. Untunglah, dengan bantuan robot yang dijuluki Peyton's Awesome Virtual Self (disingkat PAVS), iapun bisa ‘hadir’ secara virtual di sekolahnya di Maryland selagi berada di New York.

Robot ini 'hadirkan' anak penderita kanker ke sekolahnya. (Sumber NBC Washington via Daily Mail)

Robot rancangan Double Robotics ini menggunakan iPad yang dipasangkan pada landasan yang bisa melaju. Dari kejauhan, Peyton mengendalikan PAVS menggunakan iPad lain sehingga ia bisa berjalan-jalan di sekolah, mengobrol dengan teman-temannya, dan hadir di kelas di antara teman-temannya.

Douglas Robbins, kepala sekolah Poolesville Elementary School, mengatakan bahwa setelah kaget sejenak, teman-teman Peyton menanggap robot itu menjadi kehadiran teman mereka.

 

Robot ini 'hadirkan' anak penderita kanker ke sekolahnya. (Sumber Washington Post via Daily Mail)

“Ketika mereka melihat ada robot di selasar, nah itulah Peyton. Dia di sana, dia bersama kami dan dia akan bersekolah, sama seperti yang lainnya," kata Robbins.

Gadis itu mengaku masih harus membiasakan diri menggunakan alat kendali robot yang menggunakan hubungan Wi-Fi dan Bluetooth untuk menyambungkan pengguna di kejauhan dengan iPad pada robot dan iPad itu ke roda penggeraknya.

“Aku mencoba tidak tabrakan dengan dinding," ujar Peyton

Ibunda anak itu merasa bersyukur dengan robot itu yang memungkinkan anaknya tetap beraksi seperti anak 10 tahun yang pergi ke sekolah dan mengobrol dengan teman-temannya. Katanya, “Robot itu menghadirkan keceriaan pada saat yang mungkin mencemaskan dan menyakitkan. Peyton jadi bisa menjadi sedikit lebih mandiri dalam urusan pendidikannya

Ia melanjutkan, “Ia bisa mengendalikan kegiatan hariannya di sekolah yang telah direnggut oleh kanker itu dan membuatnya terkucil.”

Double Robotics memang mengkhusukan karyanya pada robot kendali jauh untuk anak-anak yang sakit supaya tetap bisa hadir di sekolah, demikian juga dengan para pelaju dan bahkan dokter.

Keluarga Peyton akhirnya mampu membeli robot US$3.000—senilai Rp 42 juta—tersebut setelah menggalang dana melalui GoFundMe. Dalam sekejap mereka mendapat lebih dari yang diharapkan hingga tembus melewati angka US$20.000—senilai Rp 280 juta. Kelebihannya dipakai untuk membayar biaya pengobatan.

Pada awalnya, seperti diceritakan seorang paman, keluarga Peyton melihat ada sesuatu yang salah dengan anak perempuan mereka ketika ia mulai mengeluhkan sakit perut sewaktu mereka pindah rumah pada musim panas lalu.

Dokter kemudian memberikan diagnosa Undifferentiated Embryonic Hepatic Sarcoma, suatu kanker yang langka yang hanya ada beberapa kasus saja pada anak-anak tiap tahunnya.

Ia pun segera dikirim untuk pembedahan dan tumor sepanjang 9 sentimeter diangkat dari hatinya. Sesudah itu, ia dijadwalkan untuk kemoterapi yang diikuti dengan radioterapi.

Mr. Schaeber, sang paman, memuji keponakannya yang menjadi ilham dengan tetap tabah menjalani pengalaman traumatis ini. Katanya, “Ditusuk jarum, ditekan-tekan, dicuil, dan dipinda, namun dia tetap semangat dan berani, suatu kegigihan mental dan jasmani untuk anak seumurnya.”

“Singkatnya, ia adalah sumber ilham, suatu teladan tentang bagaimana menghadapi tantangan apapun dalam hidup.”

Paman itu juga berterimakasih kepada semua yang telah mendukung dan sumbangan yang membantu keluarga untuk membeli robot itu. Ujarnya melalui laman GoFundMe, “Robot virtual itu sungguh suatu keberhasilan dan Peyton bukan hanya menggunakannya untuk mengikuti sekolah dan teman-temannya, tapi ia juga telah menarik perhatian sejumlah media.”

Akhirnya, “Harapan kami adalah agar kisah Peyton dapat meningkatkan kesadaran tentang teknologi ini dan membantu anak-anak lain dalam keadaan serupa.”