Liputan6.com, Seoul - Suatu ‘pusat pemulihan’ menawarkan cara mencegah tindakan bunuh diri yang cukup sering terjadi di Korea Selatan. Pusat Pemulihan Hyowon di Seoul ini mengajak sejumlah orang untuk menghadiri pemakaman mereka sendiri.
Baca Juga
Dikutip dari CNN pada Selasa (15/12/2015), Korea Selatan termasuk di antara 34 negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang memiliki angka bunuh diri yang tinggi. Secara khusus, kaum muda menghadapi tekanan untuk menjadi juara di sekolah, lulus ujian masuk universitas, dan kemudian mendapatkan pekerjaan yang hebat.
Advertisement
Juru foto Françoise Huguier dari Prancis kemudian menciptakan karya rangkaian foto mengenai cara pemulihan orang-orang yang mengalami tekanan guna mencegah mereka melakukan bunuh diri. Ia menuturkan bahwa di tempat itu tidak ada perawatan mental diberikan, cukup hanya ‘pemakaman’.
Para peserta datang ke pusat pemulihan itu karena kesadaran sendiri ataupaun setelah dirujuk oleh dokter. Sebagaimana halnya pendiri pusat pemulihan itu, mereka merasa cara itu menawarkan kematian ekperimental supaya lebih menghargai kehidupan.
Ketika para peserta tiba di sana, mereka difoto dengan gaya seperti foto yang biasanya dipajang di atas peti mati seseorang yang wafat. Kemudian dilanjutkan dengan ceramah mengenai bunuh diri dan sebuah film emosional.
Berikutnya, pada peserta didandani dengan pakaian pemakaman. Mereka kemudian menuliskan ucapan selamat tinggal dan membacakannya di hadapan kelompok peserta.
Suasana dibuat remang-reman ketika kemudian para peserta masuk ke dalam peti mati masing-masing, ditutup petinya, dan mereka diam di dalamnya selama 10 menit. Hening.
Kemudian peti mati dibuka dan bermunculanlah berbagai reaksi. Ada yang menangis karena fobia di tempat sempit (claustrophobia), ada yang tertidur, ada juga yang tampak lebih ceria dan gembira. Beberapa orang malah melakukan selfie.
Menurut Huguier, si pemimpin sasana kemudian menguatkan mereka.
"Nah, kalian sudah mengalami seperti apakah kematian itu. Kamu masih hidup. Berjuanglah demi Korea," ucap pemimpin pusat pemulihan jiwa itu.
Fotografer perempuan itu mengatakan bahwa pengalaman ini khas Korea. Ada sejumlah cara lain di luar sana untuk menghadapi kematian.
“Di tempat lain, orang akan pergi ke psikolog, tapi tidak ada pengalaman seperti ini," jelas Haguier.
Cara ini berhasil karena mereka berada di dalam kelompok dan berbagi pengalaman.
Sejujurnya sang juru foto tidak merasa pengalaman itu akan mengurangi angka bunuh diri, malah lebih mirip bisnis untuk meraup keuntungan. Tapi, ia melanjutkan, cara itu bisa membantu mereka yang memang mempercayainya.
Ujarnya, “Orang yang kutemui mengatakan bahwa cara ini membantu mereka merasa lebih baik. Mereka percaya bahwa inilah caranya, tapi aku tidak demikian.”