Liputan6.com, Minnesota - Sifat serba rapi selalu dilihat sebagai sesuatu yang positif. Sejak kecil, mungkin orangtua kita kerap cerewet jika kamar berantakan dan barang-barang tak diletakkan pada tempatnya.
Namun, studi terbaru membuktikan, kita tak harus malu jika tak selamanya bisa rapi. Bahkan, ada guyonan yang datang dari Albert Einstein berbunyi: "Jika meja yang kacau pertanda pikiran yang kacau, meja kosong pertanda apa?"
Suka bekerja di meja yang rapi memang pertanda seseorang hidupnya serba teratur. Namun, meja kerja yang lebih berantakan menandakan seseorang lebih kreatif dan punya banyak ide, menurut periset dari University of Minnesota, dikutip Independent, Rabu (16/12/2015).
Advertisement
Kathleen Vohs, yang memimpin riset mengatakan bahwa tim menemukan "hasil berharga yang datang dari ruangan berantakan".
Sebagai bagian dari studi yang diterbitkan di jurnal ‘Psychological Science’ itu, periset bertanya pada partisipan untuk melengkapi kuestioner di meja yang bersih, dan juga meja yang dilimpahi kertas-kertas dan buku catatan.
Partisipan lalu diminta untuk menyumbang ke yayasan, dab harus memilih antara makan apel atau cokelat saat akan keluar ruangan.
Ilmuwan menemukan, mereka yang di ruangan rapi mendonasikan uang lebih banyak dan memilih apel (yang lebih sehat) dibanding cokelat.
Baca Juga
Lalu, partisipan yang memiliki ruang dan meja kerja berantakan dites secara terpisah. Mereka mendapat pertanyaan untuk menemukan cara baru penggunaan bola ping-pong. Ternyata, mereka punya ide yang lebih kreatif dan menarik.
Profesor Vohs menjelaskan bahwa lingkungan yang serba teratur mendorong kebiasaan beradab dan bermain aman, sementara tempat yang berantakan secara tak sadar mendorong orang-orang berpikir kreatif.
"Meja berantakan mungkin tak selamanya merugikan. Pendekatan pemecahan masalah yang ditimbulkan juga bisa meningkatkan keefektifan kerja dan meningkatkan kretifitas karyawan dalam pemecahan masalah," tulis jurnal, dilaporkan Daily Mail.
Penulis buku Perfect Mess: The Hidden Benefits of Disorder, Eric Abrahamson dan David H. Freedman berpendapat: "Ketidakrapian tidak serta-merta tidak terartur. Meja yang berantakan bisa jadi berarti prioritas yang lebih efektif dan sistem akses."
Dalam kata lain, mereka mengatakan bahwa pekerjaan yang "mendesak dan lebih penting" diletakkan di atas tumpukan, sementara tugas yang "aman untuk diabaikan" diletakkan di bawahnya, dan itu masuk akal.