Sukses

21-12-1975: Aksi Teror dan Penyanderaan di Markas OPEC

Aksi itu dilakukan oleh Carlos the Jackal, pemimpin Arm of the Arab Revolution sekaligus teroris lepas yang pro Palestina.

Liputan6.com, Wina - Hari ini, 40 tahun yang lalu, Carlos the Jackal memimpin serangan teror pada pertemuan para menteri negara anggota OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries ) di Wina, Austria. Para teroris Arab dan Jerman bersenjatakan senapan mesin menyerbu dan menewaskan tiga orang serta menyandera 63 orang, termasuk di antaranya 11 menteri negara OPEC.

Carlos yang menyebut kelompoknya sebagai 'Arm of the Arab Revolution' menuntut dikeluarkannya pernyataan politik anti-Israel disiarkan secara luas lewat radio, serta meminta disediakan bus dan pesawat jet bagi para teroris dan sandera.

Pihak berwenang Austria memenuhinya, dan semua sandera akhirnya dilepaskan dengan selamat di Aljazair. Selepas kejadian ini, OPEC tidak lagi mengadakan pertemuan selama 25 tahun.

Lahir pada tahun 1949, Carlos yang bernama asli Ilich Ramírez Sánchez ini adalah putra seorang pengacara Marxist jutawan di Caracas, Venezuela. Carlos mengenyam pendidikan di Patrice Lumumba University di Moskow, tempat ia terlibat dengan Front Rakyat Untuk Pembebasan Palestina (People Front for the Liberation of Palestine).

Dikutip dari History.com, selama tahun 70an dan 80an, dia kerap beraksi sebagai teroris lepas bagi berbagai grup Arab dan diduga telah membunuh sekitar 80 orang dalam berbagai aksi pengeboman, pembajakan dan pembunuhan.

Meski berulang kali nyaris tertangkap, Carlos the Jackal berhasil lolos dengan mengelabui pihak berwajib hingga akhirnya di tahun 1994, para agen Prancis berhasil membekuknya saat bersembunyi di Sudan. Carlos kemudian diekstradisi secara diam-diam lalu dipenjara di Prancis.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1997, ia diadili atas dakwaan pembunuhan yang terjadi tahun 1975 di Paris, dengan korban dua orang agen kontra-intelijen Prancis dan seorang warga Lebanon pro-Palestina yang menjadi informan.

Pada 23 Desember 1997, Carlos akhirnya divonis bersalah dan diganjar hukuman kurungan seumur hidup.

Hukuman Seumur Hidup Kedua

Pada tahun 2011, Carlos dijatuhi penjara seumur hidup kedua untuk sejumlah serangan di sebuah kereta tahun 1982 dan 1983, stasiun kereta di Marseille dan kantor sebuah koran di Paris.

Ia kemudian mendapat hukuman seumur hidup lagi untuk kasus serangan yang menewaskan 11 orang dan melukai 150 orang --untuk kasus ini ia mengaku tak bersalah.

Surat kabar Prancis Le Figaro pada edisi Selasa 7 Oktober 2014 melaporkan seorang hakim memerintahkan dilakukannya penuntutan terbaru, untuk kasus serangan granat terhadap sebuah apotek di Paris pada 15 September 1974.

Carlos melancarkan berbagai aksinya untuk kemerdekaan Palestina, khususnya dengan kelompok Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP). Ia dikeluarkan dari PFLP oleh pemimpinnya, Waddi Hadda, karena dianggap gagal membunuh menteri perminyakan Iran dan Arab Saudi dalam penyerbuan Markas Besar OPEC di Wina, selain dituding menggelapkan uang.

Ramirez alias Carlos the Jackal adalah salah satu teroris internasional paling terkenal sebelum munculnya gejala terorisme yang membawa-bawa agama, seperti ISIS.

Pada tanggal yang sama di tahun 1946, gempa bawah laut yang memicu tsunami dahsyat meluluhlantakkan Honshu, Japan, hingga menewaskan sekitar 2 ribu orang. Setengah juta orang lainnya terpaksa kehilangan tempat tinggal.

Pada tahun 1988 di hari yang sama, pesawat Pan Am Penerbangan 103 dari London menuju New York meledak di udara di atas wilayah Lockerbie, Skotlandia hingga menewaskan seluruh 243 penumpang beserta 16 kru di dalamnya.