Liputan6.com, Changchun - Ada berbagai cara dipakai warga untuk mengajukan protes terhadap suatu hal, kebijakan, keadaan, atau perilaku yang tidak disetujui. Antara lain dengan menari tiang.Â
Dikutip dari Shanghaiist.com pada Senin (21/12/2015), sejumlah penari di Tiongkok mementaskan (pole dance) di kala udara sedang bersuhu di bawah titik beku.
Baca Juga
Tak hanya itu, para penari tersebut melakukan aksinya dengan pakaian minim di Changchun sebagai bentuk protes terhadap keberadaan mantel bulu binatang.
Advertisement
Song Yao (29), salah satu anggota penari pole dance Tiongkok, ikut serta di dalam kelompok itu demi pementasan kampanye kesadaran tentang binatang dan supaya orang mengatakan ‘tidak’ kepada mantel-mantel bulu di musim dingin.
Ada sekelompok orang berkumpul menonton mereka dan banyak di antara para penonton langsung menggunakan telepon pintar mereka untuk mengambil gambar dan merekam pementasan.
Setelah melakukan pementasan di luar ruang pada saat suhu berada di bawah titik beku, beberapa penari harus ditolong masuk kembali ke dalam ruangan karena mengalami kebekuan.
Industri busana bulu memang mengundang perdebatan. Setelah semakin gencarnya protes terhadap industri yang dipandang tidak manusiawi terhadap hewan, industri ini sempat terdesak.
Di AS, seorang perancang tata busana dan pernak pernik Pamela Paquin kemudian membuat produk-produk bulu dengan menggunakan hewan –hewan yang mati tertabrak.
Walaupun terdengar lebih ‘manusiawi’ sejumlah protes berdatangan terutama karena permintaan produk busana bulu dalam bentuk apapun akan meningkatkan penambahan permintaan keseluruhan, bukan hanya produk yang berasal dari hewan-hewan yang mati tertabrak.
Namun demikian, hewan bukan hanya diambil bulunya demi kemewahan busana manusia. Sebuah video lawas dari kumpulan pembela hak binatang pernah menayangkan kekejaman penangkaran buaya yang kulitnya diambil untuk menjadi tas-tas merek mewah:
Â