Sukses

Jaksa Australia: ISIS Berniat Bangun Kekhalifahan di Indonesia

Komentar Brandis mengemuka setelah kabar tim Densus 88 menggagalkan rencana serangan bunuh diri di Jakarta, dan menangkap kelompok radikal.

Liputan6.com, Sydney - ISIS tak merasa cukup mencaplok sebagian Irak dan Suriah, serta mengklaim sebagai wilayah 'negaranya'. Kelompok teror itu juga mengincar kawasan lain di dunia. Yang mengejutkan, Indonesia ada dalam radar mereka.

Gerombolan militan ISIS disebut-sebut tengah menargetkan Indonesia untuk membangun kekhalifahan selanjutnya.

"Mereka menyasar RI, negara yang mayoritas warganya muslim, dan yang paling padat penduduknya di dunia," kata seorang menteri Australia, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (22/12/2015).

"Kelompok militan itu merupakan ancaman bagi kepentingan Australia dan Barat," kata Jaksa Agung George Brandis dalam pertemuan antara menteri, kepala polisi dan pejabat keamanan Indonesia dan Australia pada Senin 21 Desember malam waktu setempat.

"ISIS memiliki ambisi untuk meningkatkan kehadirannya dan aktivitas di Indonesia, baik secara langsung atau melalui kelompok pendukungnya," ucap Brandis kepada surat kabar The Australian.

"Anda pernah mendengar ungkapan 'distant caliphate'? ISIS memiliki niat mendirikan kekhalifahan di luar Timur Tengah, provinsi kekhalifahan yang sekarang ada. Mereka telah mengidentifikasi Indonesia sebagai lokasi untuk mewujudkan ambisi itu," imbuh Brandis.

ISIS, beber Brandis, sudah menguasai beberapa daerah di luar Suriah dan Irak utara.

"Tidak ada keraguan sama sekali bahwa Indonesia telah menjadi objek ambisi untuk ISIS yang telah menyatakan kekhalifahan di Afganistan, Libia dan negara-negara lain di luar Suriah dan Irak utara," tutur Brandis.

Komentar Brandis mengemuka setelah kabar tim Densus 88 menggagalkan rencana serangan bunuh diri di Jakarta, dan menangkap kelompok radikal terkait ISIS itu. Serta penggerebekan selama 3 hari di Pulau Jawa yang berakhir pada Minggu 20 Desember, yang menyita banyak bahan peledak dan bendera terinspirasi ISIS.

"Para ekstremis menargetkan pusat perbelanjaan, kantor polisi, dan kelompok minoritas di seluruh negeri," kata kepala polisi nasional Indonesia.

Keamanan telah ditingkatkan di seluruh negeri. Menteri senior dari Australia dan Indonesia menyetujui berbagi informasi intelijen, termasuk soal terorisme.

Laman The Australian menyebutkan, otoritas Australia meyakini hanya ada sedikit kesempatan bagi ISIS untuk mendirikan kekhalifahan di Indonesia. Kendati demikian, tetap dikhawatirkan grup militan itu mampu menancapkan pengaruh permanen di Tanah Air.

Sebab dengan situasi itu, ISIS akan mampu melancarkan serangan terhadap kepentingan Australia maupun negara-negara Barat lainnya yang ada di wilayah Indonesia dan sekitarnya.

"Mencuatnya ISIS di Timur Tengah menjadi hal yang mendestabilisasi keamanan Australia, juga mendestabilisasi keamanan Indonesia, dan mendestabilisasi keamanan rekan dan mitra kami, khususnya di wilayah ini," ucap Menteri Kehakiman Australia Michael Keenan.

Indonesia telah mengalami beberapa serangan yang dilancarkan para teroris antara tahun 2000 dan 2009, termasuk Bom Bali tahun 2002 yang menewaskan 202 orang.

Tindakan keras aparat telah melemahkan jaringan ekstremis di balik serangkaian serangan itu. Namun, kemunculan ISIS memicu kekhawatiran soal pengaruhnya terhadap orang Indonesia yang kembali dari medan perang di Timur Tengah.

Australia pun khawatir pada ancaman dari kelompok radikal. Enam serangan telah terjadi pada tahun lalu di Negeri Kanguru dan telah digagalkan, tapi beberapa lainnya tidak.

Dalam serangan terbaru pada Oktober, seorang karyawan di kantor polisi Australia ditembak mati oleh anak berusia 15 tahun yang meneriakkan slogan-slogan religius. (*)