Liputan6.com, Nangarhar - Kelompok teroris ISIS di timur Afghanistan mencuri gelombang radio untuk melakukan perekrutan demi memperkuat organisasinya dan menggantikan Taliban yang menguasai wilayah itu.
Mendengar iklan di radio itu, pihak pemerintah khawatir, ISIS kini bisa memikat kaum muda yang tak terakses internet dan hanya mengandalkan radio sebagai hiburannya.
Baca Juga
Selain alasan itu, para pejabat khawatir ISIS dapat memanfaatkan rasa putus asa para pemuda Afghanistan di tengah semakin sulitnya kondisi ekonomi di negara itu, dengan mengangkat senjata dan berperang.
Advertisement
Baca Juga
"Kebanyakan pemuda kami pengangguran, dan siaran radio dapat membuat mereka tergerak untuk bergabung bersama mereka," kata Ahmad Ali Hazrat, Kepala Penduduk Provinsi Nangarhar seperti dikutip dari Reuters, Selasa (22/12/2015).
"Sekarang ISIS hanya 7 kilometer dari Kota Jalalabad dan apabila pemerintah tidak mengambil tindakan, mereka akan memperluas siaran radio dan bahkan berhasil merekrut pemuda Kabul," tambahnya lagi.
Pariwara rekrutan ISIS disiarkan selama 90 menit menggunakan bahasa Pastho. Mereka memberi judul 'Voice of the Caliphate'. Isi acara itu terdiri dari berbagai wawancara, pesan-pesan serta lagu tentang Negara Islam. Acara itu disiarkan tiap hari.
Siaran radio ini dapat didengar dengan jelas di Nangarhar, provinsi timur Afghanistan yang diduga terdapat kekuatan ISIS.
Kelompok itu dilaporkan mengambil alih sejumlah wilayah yang pernah dikuasai Taliban. Taliban kini mencari cara untuk membangun kembali rezim mereka setelah digulingkan oleh intervensi militer pimpinan AS pada 2001.
Dalam salah satu program, anggota ISIS menyiarkan propaganda untuk melawan citra negatif dari kelompok mereka akibat sejumlah laporan kekerasan yang ekstrem.
"Ada banyak proyek untuk mencemarkan nama baik kita," kata anggota ISIS yang mengaku bernama Jan Aqa Shafaq.
"Propaganda mereka mengatakan sebagian besar generasi muda kami, merupakan 'pemuda lipstick' yang mencukur habis jenggot serta mengenakan pakaian yang tak ada bedanya dengan perempuan," ujar anggota ISIS itu.
Di Afghanistan, ISIS merupakan kekuatan militan yang relatif baru, dan diperkirakan belum begitu kuat. Namun, hingga saat ini belum ada informasi soal jumlah anggota ISIS di Afghanistan. Juga masih simpang siur seberapa dekat keterkaitan ISIS di Afghanistan dengan ISIS di Irak dan Suriah.
Para petugas keamanan menyatakan banyak anggota mantan anggota Taliban mencari kepemimpinan baru atau kelompok militan baru yang lebih ekstrem.
Pekan lalu, komandan pasukan internasional di Afghanistan, Jenderal AS John Campbell, menyatakan terdapat sekitar 1.000 hingga 3.000 anggota militan di Afghanistan dan pengaruhnya akan semakin melebar jika dibiarkan.
Para pejabat di Nangarhar menyatakan mereka sejauh ini tidak dapat memblokir siaran radio propaganda ISIS kerena mereka melakukannya secara berpindah-pindah.
"Mereka bergerak dari satu tempat ke tempat lain, jelas mempersulit kami," kata Attaullah Khogyani, juru bicara Gubernur Nangarhar.
Saksikan juga video Weekly Highlights Liputan6.com berjudul 'Tribute to Paris'