Liputan6.com, Pakistan - Hari itu, 27 Desember 2007 menjadi hari terakhir bagi Perdana Menteri wanita pertama di Pakistan, Benazir Bhutto.
Bhutto tewas ditembak saat melakukan kampanye di hadapan pendukung partainya, Pakistan People's Party (PPP).
Ketika itu, seperti dimuat BBC, dia tengah berdiri di atas mobil dengan kap terbuka. Seiring mobil berjalan, Bhutto yang tengah menjadi calon incumbent tersebut melambaikan tangan ke para pendukung di sekitarnya.
Namun seketika itu juga, seorang pria melepaskan tembakan ke arah Bhutto. Selang beberapa detik kemudian, bom meledak menggemparkan suasana. Orang-orang di sekitar Bhutto menjadi korban.
Atas 2 serangan ini, hingga kini sulit diketahui Bhutto menghembuskan nafas terakhir lantaran peluru yang menghunus lehernya atau karena ledakan bom.
Baca Juga
Namun demikian, tim detektif Inggris yang turun tangan atas pembunuhan tragis ini menyimpulkan bahwa Benazir Bhutto tewas karena ledakan bom, berdasarkan hasil otopsi, kondisi kepala Bhutto memprihatinkan karena ledakan bom itu.
Dewan Partai Bhutto, PPP mengumumkan insiden pembunuhan ini sebagai "kasus yang luar biasa berbahaya."
Berdasarkan rekaman video amatir yang disiarkan, diyakini bahwa ada dua pelaku pembunuhan. Pertama, orang yang menembak. Kedua, orang yang meledakkan.
Pemerintah kala itu menduga tokoh pendukung kelompok pemberontak Taliban bernama Baitullah Mehsud yang menjadi dalang pembunuhan Bhutto. Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) mendukung dugaan tersebut.
Hal ini berdasarkan adanya sejumlah laporan bahwa kelompok pro-Taliban dan al-Qaeda berencana membunuh Bhutto.
Selain kelompok pemberontak, tudingan juga mengarah ke tokoh-tokoh senior di pemerintahan yang diduga ingin menyingkirkan Bhutto.
Dugaan ini berdasarkan surat yang ditulis Bhutto berisikan pernyataan ia siap mati untuk mempertahankan dan menjalankan pemerintahan.
Namun juru bicara Mehsud membantahnya. "Tuduhan ini hanya propaganda pemerintah Pakistan."
Setelah tewasnya Bhutto, pemerintahan sementara dipegang kendali oleh Presiden Pervez Musharaf selaku Kepala Negara. Untuk diketahui, Bhutto selaku Kepala Pemerintahan dan Musharaf Kepala Negara. Dalam pemerintahan kala itu, Musharaf dan Bhutto berbagi kekuasaan.
Pada 2013, tim jaksa penyelidik pembunuhan Bhutto menjatuhkan dakwaan kepada Musharaf sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kematian Bhutto lantaran pemerintahan Musharaf gagal memberikan pengamanan saat sang perdana menteri kampanye.
Namun beberapa hari kemudian, jaksa untuk kasus ini tewas ditembak saat dalam perjalanan menuju persidangan.
Sejarah lain mencatat, 27 Desember 1949 merupakan hari sejarah bagi Indonesia. Belanda yang tertulis telah menjajah Indonesia selama 3,5 Abad akhirnya mengaku kemerdekaan nusantara.