Sukses

Teten Masduki Masuk Daftar Pahlawan Asia versi 'Doing Good Great'

Teten dianggap pionir dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Liputan6.com, Singapura - Penggiat anti-korupsi, Teten Masduki, terpilih sebagai salah satu pahlawan Asia versi buku Doing Good Great. Teten adalah satu di antara 13 orang Asia yang berhasil membawa hasil luar biasa terhadap negaranya.

Buku yang ditulis Willie Cheng, Sharifah Mohamed dan Cheryl Tang memberi pencerahan kepada para pembacanya bahwa 13 orang itu orang biasa yang melakukan pekerjaan luar biasa serta berkontribusi bagi masyarakat.

Teten Masduki dianggap pionir dalam hal mengurangi korupsi. Ia mendirikan Indonesia Corruption Wach pada 1998. Namanya mencuat karena membongkar kasus korupsi yang melibatkan Jaksa Agung (pada masa itu) Andi M. Ghalib pada masa pemerintahan BJ Habibie.

Inilah pertama kalinya sebuah lembaga seperti ICW berhasil membuat pejabat turun dari jabatannya. Akibatnya, pria kelahiran Garut pada 1963 itu diganjar Suardi Tasrif Award pada 1999. Setelah membesarkan ICW, Teten ditunjuk sebagai sekjen Transparency International Indonesia

Itulah salah satu alasan kenapa 3 penulis asal Singapura dan Malaysia memilih Teten yang kini menjadi Kpala Staf Kepresidenan Jokowi pantas disebut Pahlawan Asia. 

Karena kepiawaiannya dan kegigihannya, Teten pernah 'dipinang' oleh pemerintah Afghanistan untuk melawan korupsi di negara itu setelah Taliban berhasil digulingkan oleh pasukan koalisi AS.

Menurut trio penulis, kendati Teten berada di tengah pusaran kepemimpinan Indonesia, ia tak pernah berhenti untuk melawan korupsi. Ia bersanding antara lain dengan Ma Jun, dari China; Dharma Master Cheng Yen, Taiwan pendiri yayasan Tsu Chi, dan Masue Katayama dari Japan Social Welfare Corporation Shinkou Fukushikai

"Melawan korupsi adalah pekerjaan tanpa akhir dan bukan perkara mudah untuk mengukur keberhasilannya," kata Teten dalam sebuah wawancara.

Pemilihan 13 pahlawan ini bukan perkara mudah.

"Kami memilih pribadi yang telah membawa perubahan di negeri masing-masing. Mereka kami pilih karena perjuangan mereka serta kerendahatiannya," tulis ketiga penulis dalam buku yang diterbitkan Oktober 2015 itu.Â