Liputan6.com, Jakarta - 'Si bocah lelaki' akan kembali lagi tahun depan. Bahkan lebih kuat dari tahun 2015. Fenomena cuaca El Nino berikutnya bahkan diprediksi meningkatkan ancaman kelaparan dan penyakit bagi puluhan juta manusia.
El Nino diprediksi akan memperburuk kekeringan di sejumlah area, sementara meningkatkan banjir di belahan dunia lain.
Sejumlah wilayah terdampak terparah adalah Afrika. Kekurangan pangan diperkirakan akan memuncak pada Februari.
Sementara wilayah lain termasuk Karibia, Amerika Tengah dan Selatan juga akan terdampak dalam waktu 6 bulan setelahnya.
El Nino, yang datang secara periodik, yang ikut andil memanaskan temperatur global dan menganggu pola cuaca, membuat 2015 memecahkan rekor sebagai tahun terpanas dalam sejarah dunia.
Rekor itu diprediksi bakal dipecahkan pada 2016.
Baca Juga
"Di beberapa negara tropis, kami melihat pengurangan curah hujan dalam jumlah besar hingga 20-30 persen," kata Dr Nick Klingaman dari University of Reading seperti dikutip dari BBC, Rabu (30/12/2015).
"Indonesia telah mengalami kekeringan parah, curah hujan di India 15 persen di bawah normal, Brasil dan Australia diperkirakan mengalami pengurangan curah hujan."
Kekeringan dan banjir yang diperkirakan terus terjadi tahun depan menimbulkan kekhawatiran. Ketahanan pangan untuk 31 juta manusia di Afrika terancam. Angka itu meningkat secara signifikan dari tahun lalu.
Dan sekitar sepertiga dari mereka yang terancam tinggal di Ethiopia.
Advertisement
Sementara lembaga kemanusiaan, Oxfam mengkhawatirkan dampak El Nino pada 2016 akan menambah nestapa di wilayah konflik seperti Suriah, Sudan Selatan, dan Yaman.
Oxfam memperkirakan, kekurangan pasokan pangan akan memuncak di wilayah selatan Afrika pada Februari. Di Malawi, misalnya, sekitar 3 juta orang akan membutuhkan bantuan kemanusiaan sebelum Maret.
Sementara, kekeringan dan hujan yang tak menentu akan berdampak pada 2 juta orang di Guatemala, Honduras, El Salvador, dan Nikaragua. Sementara, pada Januari banjir mengancam Amerika Tengah.
"Jutaan orang di wilayah seperti Ethiopia, Haiti, dan Papua Nugini telah merasakan efek dari kekeringan dan gagal panen," kata Jane Cocking dari Oxfam.
"Kita harus segera memberi pertolongan ke area-area tersebut untuk memastikan orang-orang punya cukup makanan dan air."
Ketika banyak negara berkembang merasakan langsung dampak El Nino, negara maju juga akan terpengaruh. Khususnya soal harga pangan.
Sementara, Departemen Pembangunan Internasional, yang bernaung di bawah pemerintah Inggris, tengah menyediakan bantuan darurat untuk 2,6 juta orang dan 120.000 anak kekurangan gizi.
Lembaga tersebut berjanji bakal menyediakan dana bantuan atau pangan untuk 8 juta orang pada Januari 2016.