Liputan6.com, Riyadh - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menyatakan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran menyusul serangan demonstran di Kedutaan Arab Saudi di Teheran. Demonstrasi digelar setelah pihak kerajaan mengeksekusi ulama Syiah terpandang Nimr al-Nimr.
Jubeir juga menyampaikan Kerajaan Arab Saudi memberi waktu 48 jam bagi para diplomat dan entitas terkait untuk keluar dari wilayah mereka. Ia menegaskan, Riyadh tidak menoleransi Iran yang dianggap membahayakan keamanan kerajaan.
"Pihak kerajaan, dengan mempertimbangkan realita yang ada, mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran dan meminta para perwakilan misi diplomatik beserta konsulat dan staf terkait untuk pergi dalam jangka waktu 48 jam. Duta besar telah dipanggil untuk diperingatkan tentang hal ini," kata Jubeir seperti dikutip dari Reuteurs, Minggu, 3 Desember 2016.
Jubeir menyatakan, penyerangan di Teheran sejalan dengan yang ia sampaikan sebelumnya tentang sejumlah penyerangan kedutaan besar asing di sana dan kebijakan Iran yang menggoyahkan kestabilan kawasan dengan menciptakan sel teroris di Arab Saudi.
Baca Juga
Gelombang protes warga Iran di Kedutaan Arab Saudi di Teheran terjadi pada Minggu pagi, setelah Ulama Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei memprediksi adanya pembalasan Ilahi atas eksekusi terhadap Sheik Nimr al-Nimr. Ulama Syiah itu dianggap Arab Saudi sebagai salah satu penggerak teror akibat kritikan pedasnya terhadap keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Dikutip dari Huffingtonpost, Nimr merupakan pemimpin aktivis muda itu yang vokal mempromosikan kesetaraan antara kelompok minoritas Syiah di Arab Saudi. Komentar pedasnya itu memancing kemarahan keluarga kerajaan yang mayoritas penganut Sunni. Nimr kemudian dieksekusi bersama 3 penganut Syiah dan 43 anggota kelompok Al Qaeda lainnya pada Sabtu, 2 Januari 2016.
Kerabat Nimr, saat dihubungi melalui saluran telepon, mengatakan otoritas telah menginformasikan jenazah Nimr telah dimakamkan di pemakaman muslim dan tidak akan diserahkan kepada keluarga. Eksekusi itu mencetuskan kemarahan warga di wilayah Qatif, bagian timur Arab Saudi.
Advertisement
Selain itu, protes juga dilontarkan ulama Syiah di Irak, Ayatollah Ali al-Sistani. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai agresi yang tidak adil. Ia mempertanyakan komitmen Arab Saudi dalam membangun kerja sama kawasan untuk membendung pergerakan ISIS yang kini menguasai Irak dan Suriah.*