Liputan6.com, Sydney - Seorang wanita dari kota Sydney yang bernama Meg Churches dikenal sebagai orang di belakang kehadiran Cuddlebbatz, rajutan pembungkus untuk melindungi bayi-bayi kelelawar yang kehilangan induknya di Australia.
Menurut Rumah Sakit Kelelawar Tolga, bayi kelelawar bisa kehilangan induknya karena beberapa hal, misalnya ketika induknya sakit atau mati karena udara panas ekstrem ataupun karena serangan pemangsa. Cuddlebatz diciptakan untuk meniru pengalaman bersama induknya bagi penyintasan sang bayi kelelawar.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Mashable pada Senin (04/01/2016), pelindung itu dibuat dari bahan flannel lembut yang dirancang khusus untuk bayi kelelawar. Bungkus itu melingkupi sang bayi seakan dekapan sayap induknya. Ada juga dot berlubang dipasangkan pada bedong bayi ini sehingga sang bayi bisa mengemut dengan nyaman.
Baca Juga
Churches mengatkan kepada Mashable Australia bahwa kelelawar yang baru diselamatkan dikenakan Cuddlebatz selama 24 hingga 48 jam sebelum perawatan lanjutan.
Bungkus ini ditayangkan dalam sebuah video laman Facebook populer milik Bat Conservation and Rescue Queensland dengan judul “Batzilla the Bat” pada akhir 2015 lalu. Dalam video itu ditayangkan tentang seekor bayi kelelawar sedang dikeluarkan dari bungkus pelindungnya. Menggemaskan.
Wanita itu sendiri sebelumnya membuat bedong untuk bayi manusia, kantong untuk possum maupun kanguru. Gagasan pembuatan datang ketika ia merenungkan cara membantu penyelamatan kelelawar. Katanya, “Tentu menggemaskan melihat seekor kelelawar dibungkus kain bedong.”
Pengembangan Cuddlebatz memerlukan waktu beberapa tahun dan diakuinya tidak merujuk kepada satu pola resmi. Ia menghafal rancangannya, mengingat-ingat bagian-bagiannya sambil memotong dan menjahit bahan.
Sejak mengunggah gambar-gambar di duni a maya, ia mengatakan adanya lonjakan perhatian dari seluruh dunia kepada bisnis kecil-kecilan ini, baik dari masyarakat umum maupun para penyelamat kelelawar.
Ujarnya, “Aku memasang satu gambar di Facebook dan mendadak semua menginginkannya. Seingatku aku mendapat 50 pesanan dan menghabiskan seminggu penuh untuk menjahitnya.”
Tentu saja itu merupakan kerja keras bagi Churches, yang melakukannya di musim dingin di saat penyelamatan kelelawar masih jarang. Untuk mencegah jiplakan, ia mendaftarkan nama dagang Cuddlebatz.
Walaupun ada lonjakan perhatian dan beratnya tugas pembuatan Cuddlebatz, wanita itu tidak berminat membuatnya secara massal atau mengggalang dana gotong royong. Katanya, “Apa gunanya. Pasarku masih terbatas. Setelah ada satu atau dua pesanan, aku masih bisa mengejar pesanan-pesanan lain.”
Langkah berikutnya adalah untuk mengerjakan tudung pada Cuddlebatz agar melindungi kepala sang bayi kelelawar dan juga ‘inovasi-inovasi lain’. Tapi, untuk sekarang, ia sekedar berharap memenuhi pesanan.