Sukses

Ancam Inggris, ISIS Kerahkan Bocah dan 'Kembaran' Jihadi John

Seorang pria mirip Jihadi John dan bocah cilik tampil dalam sebuah video yang diyakini dibuat oleh ISIS.

Liputan6.com, London - Jihadi John telah mati. Serangan rudal tengah malam dari pesawat tak berawak (drone) milik Amerika Serikat menewaskan algojo ISIS bernama asli Mohammed Emwazi itu.

Kala itu, pria yang diyakini berasal dari Inggris itu, berada dalam sebuah kendaraan yang melaju di Raqqa, Suriah. Ia menjadi target serangan udara berkat informasi dari sumber.

Namun, bukan berarti ia telah tamat. Organisasi sayap ISIS kembali 'menghidupkan' kembali sosok Jihadi John -- pria berkedok  balaclava hitam yang selalu nampang dalam video eksekusi, sambil mengeluarkan sumpah serapah serta ancaman. Dengan cara, menghadirkan 'kembarannya'.

Pendukung ISIS mengeluarkan video terbaru yang mempertontonkan adegan sadis eksekusi mati 5 orang, yang oleh organisasi teror itu disebut-sebut bersalah karena 'menjadi intel Inggris'.

Dalam video tersebut, ditampilkan sosok pria yang berpakaian mirip Jihadi John, pun gerak-geriknya yang serupa. Juga seorang bocah cilik. Keduanya bicara dengan aksen Inggris yang kental.

Selama video berdurasi 11 menit tersebut -- yang belum diverifikasi -- pria mirip Jihadi John itu mengancam Inggris dan menyampaikan 'pesan' khusus untuk PM David Cameron. Bahwa mereka akan menyerang Britania.

Di belakangnya ada 5 sandera yang berlutut, semua pria berusia 25-40 tahun, mengenakan seragam oranye.

Aparat Inggris sedang menyelidiki identitas pemuda dan bocah yang tampil dalam video terkait ISIS (Guardian/IS Video)

Setelah eksekusi dilakukan muncul seorang bocah cilik -- berusia 6 atau 7 tahun -- mengenakan seragam ala militer, mengancam, "Kami akan membunuh para kafir, yang ada di sana," kata dia, sambil mengacungkan jari telunjuknya, seperti dikutip dari Guardian, Senin (4/1/2015).

Kini, aparat Inggris dan intelijennya sedang menelaah video tersebut, untuk mengidentifikasi pria bertopeng dan bocah cilik itu.

Salah satunya dengan cara menganalisis suara dan memonitor percakapan di Twitter dan sosial media. Juga lewat komunikasi elektronik lain, untuk mendapatkan petunjuk.

Jonathan Russell, kepala kebijakan di lembaga think tank, Quilliam Foundation mengaku terkejut mendengar suara beraksen Inggris yang kental dan sosok bocah di video.

Ia meyakini," Keduanya digunakan untuk membangkitkan imej ISIS," kata dia seperti dikutip dari BBC.

Sementara, juru bicara Kementerian Inggris mengatakan, video tersebut adalah propaganda Daesh -- nama lain ISIS -- menggunakan nama kelompok lain.

Video tersebut dikeluarkan pasca-kekalahan telak ISIS di Ramadi, Irak.

Diduga, ISIS sedang berusaha mengalihkan perhatian dari kekalahannya di Irak dan fakta kegagalan mereka memelihara orang-orang yang tinggal di wilayah kekuasaannya.

Para penyelidik juga tak mengenyampingkan kemungkinan, video tersebut telah diedit habis-habisan. Misalnya, bocah cilik itu mungkin bukan berasal dari Britania Raya, melainkan dari Suriah atau Irak yang diajari cara pelafalan dalam bahasa dan aksen Inggris.

Video Terkini