Liputan6.com, Sana'a - Perang saudara di Yaman yang pecah semenjak Maret tahun lalu jarang sekali mendapat perhatian media Barat. Dianggap kalah seru dibandingkan konflik terkait ISIS.Â
Serangan udara yang dipimpin koalisi Arab Saudi memporakpondakan bangunan milik publik seperti sekolah, rumah sakit, pasar.
Baca Juga
Lebih dari 6.000 tewas sementara 2 juta orang meninggalkan negaranya akibat konflik ini. Kelompok hak asasi manusia, Amnesty Internasional mengatakan 80 persen penduduk Yaman membutuhkan bantuan.
Advertisement
Perang Sipil antara pendukung Houthi melawan Presiden Yaman Abdrabbu Mansour Hadi ini membuat banyak warga menderita.
Sementara, berita ramai di media adalah soal bangsawan kaya raya Arab Saudi yang menuai kritik di media sosial setelah menawarkan mobil mewah kepada para penerbang tempur yang berpartisipasi dalam pemboman di Yaman.Â
Pangeran Al-Waleed bin Talal -- salah satu orang paling tajir di negara kaya minyak itu -- mengumumkan pada 3 juta pengikut di akun Twitternya: "Sebagai penghargaan atas peran mereka dalam operasi tersebut, saya merasa terhormat untuk menawarkan 100 mobil Bentley pada 100 pilot tempur Saudi."
Baca Juga
Â
Di tengah krisis kemanusiaan dan ketidakpedulian dunia, seorang seniman bernama Saba Jallas melukis foto-foto asap dari serangan udara, atau bom atau konflik negaranya dengan gambar-gambar penuh kedamaian dan cinta.
Ia menemukan inspirasi itu dari seniman Palestina yang menggambar ulang asap dan ledakan di Gaza pada 2014 dengan gambar-gambar yang penuh dengan harapan indah soal masa depan -- yang nyatanya tak jelas.
Jallas memulai imajinasinya di ponselnya. Mengubah foto kerusakan Yaman dengan lukisan penuh kedamaian. Lukisannya ia posting di Facebooknya. Akibatnya, teman-teman Yamannya membagikan postingannya itu.
Gambar-gambarnya pun tersebar, membawa banyak simpati dari seluruh dunia.
Gambar pelukis perempuan itu kebanyakan anak-anak dan wanita. Tak ketinggalan gambar bunga sebagai simbol kecantikan dan pertumbuhan.
"Jujur, aku tak berharap reaksi ini, karena aku hanyalah pelukis amatir," kata Jallas kepada i100.co.uk, Selasa (5/1/2016).
"Orang-orang mengatakan kepadaku bahwa lukisanku ini membawa mereka harapan. Reaksi dari penduduk Yaman membuatku akan tetap melukis," tambahnya lagi.
Jallas berharap perang sipil di Yaman segera berakhir. Namun, sementara ini, ia akan tetap menggambar.
"Aku berharap melihat Yaman kembali damai. Semua orang hidup dalam cinta, toleransi dan optismisme. Aku tak tahu bagaimana reaksi orang yang melihat lukisanku, tapi menggambar membuat lukaku atas perang perlahan-lahan sembuh," ungkapnya.
Â
Â