Liputan6.com, Jakarta - Krisis pengungsi Eropa yang belakangan terjadi bermula pada tahun 2015. Ketika itu warga yang melarikan diri dari negara mereka yang dilanda konflik, melakukan perjalanan ke Benua Eropa. Mencari perlindungan dengan mengarungi Laut Mediterania atau melalui Eropa Tenggara.
Mereka berdatangan dari Timur Tengah (Suriah, Irak), Afrika (Eritrea, Nigeria, Somalia, Sudan dan Gambia), Asia Selatan (Afghanistan, Pakistan, Bangladesh) dan Balkan Barat (Serbia, Kosovo, Albania).
Baca Juga
Baca Juga
Menurut catatan Komisi Tinggi PBB untuk urusan pengungsi, tiga warga negara tertinggi yang berdatangan melakukan perjalanan melalui jalur laut Mediterania pada tahun 2015 berasal dari Suriah (49 %), Afghanistan (21 %) dan Irak (8 %). Sebagian besar pengungsi adalah pria dewasa (58 %).
Advertisement
Istilah krisis pengungsi telah digunakan mendunia sejak April 2015, ketika lima kapal yang mengangkut sekitar 2.000 imigran melakukan perjalanan ke Eropa teggelam di Laut Mediterania, dengan lebih dari 1.200 orang menjadi korban.
Para pengungsi bertaruh nyawa untuk mencari perlindungan bagi keluarga mereka demi mencari kehidupan yang lebih baik.
Sejumlah negara tidak menerima kedatangan mereka dengan segala macam alasan. Namun, bukan berarti tidak ada yang mendukung mereka. Berusaha membantu dengan segala cara.
Dilansir Oddee.com, inilah 8 kisah mengagumkan tentang orang-orang yang bersedia mengulurkan tangan bagi para pengungsi.
Undangan Nikah untuk Pengungsi
Umumnya, orang yang hendak melangsungkan acara pernikahan membuat momentum tersebut semewah mungkin dengan dekorasi yang luar biasa. Pokoknya, tak terlupakan. Namun, hal sebaliknya dilakukan oleh pasangan asal Turki ini.
Merasa iba dengan krisis pengungsi yang sedang terjadi, mereka ingin membagikan kebahagiaan dengan mengundang 4.000 pengungsi Suriah untuk makan bersama mereka di kota Kilis, Turki dalam rangka acara pernikahan mereka.
Pasangan itu adalah Fethullah Üzümcüoğlu and Esra Polat, mereka menikah dekat perbatasan Suriah pada Juli 2015.
Sebagai tamu undangan mereka mengajak sebagian pengungsi yang telah meinggalkan negara mereka sejak perang saudara bermula 4 tahun lalu. Acara tersebut berhasil mereka gelar dengan bantuan dari yayasan amal Kimse Yok Mu.
Menurut laporan, ide untuk membagikan kebahagiaan kepada ribuan orang datang dari ayah mempelai pria, Ali Üzümcüoğlu. Kepada surat kabar Serhat Kilis, ia mengatakan bahwa harapannya adalah agar semua bisa melakukan hal yang sama, membagikan perayaan pernikahan dengan mereka yang kurang beruntung.
Hingga kini, Turki telah mengulurkan tangan mereka kepada hampir 2 juta pengungsi.
Miliarder Naguib Sawiris, kepala dewan perusahaan gabungan Orascom Telecom Media dan Technology Holding yang berbasis di Mesir mengungkapkan usulannya melalui unggahan Facebook.
Dalam postingannya itu ia mengatakan, bahwa akan membeli pulau untuk menampung para pengungsi dalam krisis yang semakin mengkhawatirkan di Eropa.
Ia mengatakan, pulau itu akan diberi nama "Pulau Aylan," mengenang bocah Suriah, Aylan Kurdi yang tewas ketika menyebrangi lautan dalam upaya mencapai Eropa.
Gambaran anak laki-laki tidak bernyawa di pantai Mediterania telah memicu amarah dunia -- yang menuntut penanganan kemanusiaan secepatnya.
Sawiris mengungkapkan bahwa ia telah mengetahui pemilik dua pulau di Yunani yang bisa digunakan untuk menampung para pengungsi dan migran dari Timur Tengah dan Afrika.
Seorang anak perempuan berusia 8 tahun melakukan penggalangan dana, untuk memberikan pengungsi Suriah pangan, air bersih, perlindungan serta keperluan lainnya.
Namun ini bukan pengalaman pertama bagi Charlotte Tristan untuk menggalang dana. Sebelumnya ia telah menggalang bantuan hampir US$ 10.000 untuk yayasan amal melalui rekaman yang diunggahnya di situs berbagi video. Hingga kini telah mendapatkan perhatian lebih dari 6.000 orang di seluruh dunia.
Menurut ibunya, Heather Tristan, semangat putrinya bermula ketika keluarga mereka hendak memberikan sponsor kepada anak perempuan asal Mali. Pengalaman itu memberikan efek yang besar kepada Charlotte, untuk memberikan empatinya kepada mereka yang kurang beruntung.
Belum lama ini ia telah membuat video untuk menggalang dana US$ 500 bagi sejumlah 11 juta pengungsi Suriah.
Guna membantu pengungsi Suriah, komedian satir asal Inggris bernama Sacha Baron Cohen dan istrinya telah menyumbangkan uang US$ 1 juta.
Aktor yang berperan sebagai Borat -- dan istrinya Isla Fisher telah memberikan US$ 500.000 kepada Save the Children untuk membayar vaksinasi campak bagi anak-anak di Suriah Utara.
Nominal yang sama juga mereka keluarkan untuk International Rescue Committee (IRC), guna membantu pengungsi Suriah dan negara-negara tetangga dengan keperluan medis, perlindungan dan sanitasi.
Advertisement
Pasangan Sesama Jenis Berhati Mulia
Pasangan LGBT asal Jerman berharap dapat memberikan sudut pandang yang berbeda terhadap krisis pengungsi Suriah melalui sebuah unggahan sederhana melalui Facebook.
Pada November 2015, Dirk Voltz membagikan pesan bahwa ia dan pasangan sesama jenisnya telah mengundang 24 pengungsi dari Suriah, Afghanistan, dan Irak untuk makan di apartemen mereka di Berlin sejak Juli 2015.
Ia kemudian mengungkapkan kepada BuzzFeed, mereka melakukan hal itu karena tidak ingin berpaling dari situasi yang ada di depan mata.
Dalam unggahan itu, Dirk menjelaskan pengalaman mereka sejauh ini positif, dan tak satupun dari pengungsi yang mereka undang merasa tersinggung dengan hubungan mereka.
Dirk mengatakan hal yang paling mengecewakan adalah pesan kebencian, SMS dan ancaman pembunuhan yang berdatangan karena pasangan itu mengundang para pengungsi.
"Aku tahu jelas apa yang telah terjadi pada musim panas dan semi ini telah mengubah kehidupan kami," ungkapnya. Anda bisa saja membantu. Atau Anda bisa saja merasa takut. Dan jika memang begitu, aku merasa iba. Iba kepada mereka yang hidup dalam ketakutan."
Harapan dari CR7
Impian seorang anak laki-laki Suriah berusia 7 tahun dan ayahnya -- yang disandung kamerawati asal Hungaria ketika dikejar-kejar oleh polisi -- telah menjadi kenyataan. Bocah itu bertemu dengan pemain sepakbola idolanya, Cristiano Ronaldo.
Pemain legenda asal Portugal itu berniat untuk memanjakan Zaid Mohsen dan ayahnya, Osama Abdul setelah melihat kejadian yang membuat geram dunia. Ketika itu mereka mereka disandung oleh wanita dari media saat melarikan diri dari kejaran polisi dari kamp pengungsi.
Ronaldo mengundang anak itu bersama ayah dan kakak tertuanya, Mohammad untuk menyaksikan laga Real Madrid melawan Granada pada bulan September 2015.
Dalam pertandingan itu, Zaid diberikan penghormatan untuk berjalan menuju lapangan sepakbola mendampingi pemain bola terkenal bernomor punggung 7 itu.
Advertisement
Kota yang Menyambut Pengungsi
Dengan membawa sepanduk bertuliskan 'selamat datang' dalam bahasa Inggris, Jerman, Prancis dan Arab, warga menyambut gembira kedatangan sekitar 100 pengungsi Suriah ke kota mereka di Jerman. Mereka tampak memberikan tepuk tangan dan melambaikan tangan dengan membawa bunga matahari.
Oer-Erkenschwick adalah kota kecil di Jerman Barat dengan populasi kecil, sekitar 30.000 jiwa. Namun kota itu telah menjadi dikenal mendunia sejak rekaman menyambut kedatangan pengungsi menjadi viral.
Sambutan hangat itu direkam dari dalam bus pengungsi dan diunggah melalui Facebook oleh warga Suriah bernama Talal Abk dengan tagar '#Danke_Deutschland atau terima kasih Jerman.
Ibu Ini Bagikan 3.000 gendongan bayi
Cristal Logothetis bekerja di kamp pengungsi Yunani ketika ia melihat seorang anak laki-laki berusia 10 tahun menggendong bayi di tengah kerumunan wanita dan perempuan.
Anak tangguh itu berusaha nampak gagah. Meski nyatanya, ia menderita.
Logothetis tahu, akan lebih mudah bagi si bocah membawa bayi -- yang mungkin adiknya -- dalam sebuah gendongan. Ia pun membagikan alat tersebut padanya.
Setelah memberi tahu bahwa yang diberikannya gratis, dan memperlihatkan cara menggunakannya, ia berhenti berpura-pura gagah dan menggapai tangan Logothetis dengan ceria meminta untuk mengambil foto bersamanya.
Ibu sederhana asal California itu tidak pernah terlibat dengan sesuatu seperti ini sebelumnya. Hingga pada suatu saat, sebuah gambar mengubah sudut pandangnya.
Kehidupannya berubah ketika menyaksikan berita di TV. Ia melihat jasad Aylan Kurdi, bocah berusia 3 tahun yang meninggal dunia karena tenggelam melarikan diri dari Suriah. Satu gambar itu membuatnya untuk berdiri dan melakukan sesuatu.
Sejak itu ia berhasil memimpin kampanye IndieGoGo dan membangun organisasi non-profit, Carry the Future, yang akan membantu warga Suriah dan pengungsi lain yang terlantar.
Pada November 2015, ia bersama sembilan wanita lainnya, melakukan perjalanan menuju Yunani untuk membagikan 3.000 gendongan bayi. Sungguh mulia.
Advertisement