Sukses

Kebijakan Obama Justru Bikin Penjualan Senjata Laris Manis

Di Vegas, penjualan meningkat 90 persen, di Missouri naik 10 kali lipat, dan sekolah menembak kebanjiran murid.

Liputan6.com, Las Vegas - Pengumuman kebijakan kontrol senjata AS oleh Presiden AS Barack Obama membuat peningkatan signifikan penjual senjata. Obama memotong jalur Kongres karena mereka tidak melakukan apa pun terhadap upaya pengendalian senjata yang membuat penembakan massal di AS semakin menggila.

Adapun transaksi senjata menunjukkan tren naik ketika insiden penembakan massal San Bernardino pada 2 Desember 2015 lalu.

"Dashyat! Luar biasa dashyat," kata Bob Irwin pemilik toko senjata The Gun Store di Las Vegas, semenjak Obama mengumumkan kebijakan yang meminta pengecekan latar belakang pembeli.

"Dimulai dari San Bernardino dan (keputusan) Obama ini justru malah meningkatkan penjualan. Saya sampai tidak punya persediaan senjata di gudang. Bahkan di beberapa toko besar lainnya juga mengalami hal yang sama," ujar Irwin kepada CNNMoney, 6 Januari 2016.

Irwin mengatakan penjualan meningkat dua kali lebih besar sepanjang dua minggu terakhir. Ia juga menginformasikan 90 persen pembeli memilih senjata genggam atau pistol.

"Senjata seperti itu dengan mudah dibawa dan dikendalikan dengan satu tangan dan sangat penting untuk melindungi diri sendiri. Penjualan terbesar kedua adalah senjata laras panjang," bebernya.

Ia percaya serangan tipikal macam San Bernardino membuat orang-orang ngeri akan terjadi lagi. Oleh karena itu, mereka lebih memilih senjata untuk melindungi diri sendiri.

"Semua orang itu lemah dan mudah diserang. Di sini, kalian tak perlu datang ke tempat yang salah dan waktu yang tak tepat untuk dibunuh, seperti  insiden di Paris. Namun di AS, penembakan adalah peristiwa sehari-hari," katanya lagi.

Sekolah Menembak Makin Banyak Murid

Tidak hanya penjualan yang meningkat, sekolah-sekolah menembak makin kebanjiran murid. Hal itu diungkapkan oleh Wilshire Gun, salah satu kursus menembak terbesar di Oklahoma. Tiba-tiba mereka kewalahan dengan permintaan kursus yang membludak.

"Yang membuat pendaftaran begitu membludak, ya para politikus itu," kata manajer Wilshire Gun, Brad Carroll.

"Akhir tahun dan awal tahun ini pendaftaran luar biasa tinggi, pemesanan tempat mencapai 70 persen sementara mereka yang tidak mendapatkan kursi memilih bayar mahal dengan kursus privat," tambah Carroll lagi.

Tahun 2015 yang baru saja usai, merupakan tahun yang membuat FBI lelah karena banyaknya angka pencatatan latar belakang yang mereka lakukan untuk permintaan pembelian senjata. Saat pengumuman kontrol senjata Obama, orang nomor satu itu meminta lebih banyak anggota FBI lagi untuk meningkatkan pengecekan latar belakang yang lebih efektif.

Obama juga meyakinkan bahwa kebijakannya tidak akan melucuti senjata yang telah dipunyai oleh warga AS karena telah diatur di Amendemen Kedua.

Menurut salah satu pemilik kursus dan penjualan senjata di Missouri, Paul Bastean, tiap kali Obama berbicara tentang kontrol senjata, penjualannya meningkat.

Bastean mencatat, saat Obama mengomentari insiden San Bernardino dengan berencana membuat 'undang-undang pedoman umum untuk senjata api yang aman', sejak saat itu, ia menjual 30 senjata tiap harinya. Padahal sebelumnya, ia menjual 3 hingga 5 pucuk per harinya.

"Obama tidak berkata banyak, namun orang langsung ketakutan karena ia mengatakan akan membuat 'pedoman umum'," kata Bastean.

"Warga begitu ketakutan, bahwa Obama akan membatasi hak mereka (untuk memiliki senjata)," tutup Bastean.*