Liputan6.com, Kuala Lumpur - Hampir 2 tahun berlalu, nasib Malaysia Airlines MH370 dan 239 orang yang ada di dalamnya masih misterius. Puing yang ditemukan di La Reunion, wilayah Prancis di Samudra Hindia belum memuaskan pihak keluarga korban. Nasib mereka bagai digantung.
Sejumlah keluarga korban asal Tiongkok -- yang jumlahnya 154 orang -- tak rela orang-orang yang mereka kasihi dianggap meninggal dunia.
Mereka memutuskan tak berhenti berharap, dengan mengklaim bahwa para penumpang dan awak MH370 masih hidup -- namun dijadikan 'sandera' di suatu tempat yang dirahasiakan.
Baca Juga
"Dengan tidak adanya bukti bahwa yang terjadi adalah sebaliknya, kami yakin bahwa mungkin saja mereka yang hilang masih hidup," demikian pernyataan pihak keluarga yang dirilis di Malaysia, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Jumat (8/1/2016).
Advertisement
"Jika itu yang terjadi, kami rela memberikan amnesti pada para pelaku kejahatan, mengampuninya, asal mereka (penumpang MH370) bisa kembali."
Mereka mengaku tak yakin, flaperon atau bagian sayap pesawat yang ditemukan di La Reunion berasal dari MH370.
Pihak keluarga juga berharap, operasi pencarian akan terus dilanjutkan, meski upaya yang melibatkan tim internasional itu dijadwalkan selesai Juni tahun ini.
Mereka mengirim pernyataan tersebut pada pihak Australia, Kanada, China, Prancis, India, Indonesia, Malaysia, Belanda, Selandia Baru, Rusia, Taiwan, Ukraina, dan Amerika Serikat -- negara-negara dari mana para penumpang dan awak berasal.
Keluarga yang berduka tersebut juga menegaskan, mereka tak mempercayai pernyataan-pernyataan resmi yang dikeluarkan soal pesawat yang raib dalam perjalanan dari Bandara Internasional Kuala Lumpur ke China, pada 8 Maret 2014 pukul 00.41 lepas tengah malam waktu negeri jiran.
"Kami tak mempercayai satu pun pernyataan yang dikeluarkan dari 24 Maret 2014 dan setelahnya, termasuk pada 3 September 2015," kata mereka. "Tak ada bukti sahih yang menjustifikasi pernyataan yang mereka keluarkan."
Pada 29 Januari 2015, Direktur Jenderal Penerbangan Sipil Malaysia (DCA), Datuk Azharuddin Abdul Rahman mengatakan, MH370 dinyatakan mengalami 'celaka' sesuai dengan aturan internasional.
Hilangnya pesawat maskapai penerbangan negeri jiran yang tak meninggalkan jejak itu menimbulkan banyak spekulasi. Dari yang masuk akal hingga mustahil.
Misalnya, ada dugaan MH370 celaka karena pilot bunuh diri, konspirasi 2 penerbang, kehabisan bahan bakar, meledak di udara gara-gara baterei lithium, diambil alih teroris, dibajak, atau sengaja disembunyikan.
"Pesawat mungkin didaratkan di sebuah negara seperti Indonesia. Untuk digunakan sebagai 'rudal' seperti yang dilakukan pembajak insiden 9/11," kata Anggota Kongres Amerika Serikat bidang keamanan Michael T McCaul.
Mana yang benar? Entahlah.*