Sukses

Irak Klaim Mayoritas Serangan ke ISIS Dilakukan Tentaranya

Perdana Menteri Haider al-Abadi mengatakan hanya 40 persen serangan yang dilakukan oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 60 persen serangan mendadak terhadap ISIS diklaim oleh Irak. Mereka mengklaim angkatan udaranya lah yang melakukan sebagian besar serangan yang dilancarkan dari sebulan lalu.

Perdana Menteri Haider al-Abadi mengatakan hanya 40 persen serangan yang dilakukan oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat.                                                                 

Tentara Irak bulan lalu mencetak keberhasilan pertama melawan ISIS ketika merebut kembali pusat Kota Ramadi dengan dukungan pesawat dari koalisi. Sampai saat itu, milisi Syiah yang didukung Iran lah yang memimpin perang melawan militan Sunni.

Abadi mengatakan Irak masih membutuhkan bantuan asing untuk mendukung kekuatan udara, pelatihan dan persenjataan, tetapi tidak untuk operasi darat.

Hal tersebut diucapkannya ketika memberikan sambutan dalam sebuah upacara di Baghdad yang disiaran langsung di televisi pemerintah setempat, seperti yang dilansir Reuters.

Pada kesempatan itu, dia juga memperbaharui seruannya ke Turki untuk menarik pasukan di wilayah Mosul, kota terbesar di Irak utara. Kota itu telah berada di bawah kendali ISIS sejak 2014.

"Ini adalah ajakan tulus kepada tetangga kami, Turki, untuk menarik pasukannya dari Irak, dan kami tidak akan mengizinkan tentara Turki berada di tanah Irak untuk alasan apapun," kata Abadi.

"Kami akan menjalankan segala upaya dalam kerangka hukum internasional untuk membuat mereka pergi," dia menambahkan.

Antara menyebut krisis kedua negara bertetangga tersebut terjadi awal Desember, ketika Turki mengerahkan tentara tambahan dilengkapi kendaraan lapis baja ke satu kamp pelatihan di Daerah Bashiqa, dekat Kota Mosul. Turki mengklaim pengerahan balabantuan militer itu ditujukan untuk melatih petempur paramiliter memerangi ISIS berdasarkan kesepakatan bilateral.

Mosul, ibu kota Provinsi Nineveh, telah berada dalam kekuasaan ISIS sejak Juni 2014.