Liputan6.com, Jakarta - Sulitnya ketersediaan organ donor di dunia membuat para ilmuwan melakukan berbagai cara mengupayakan suplai penting tersebut. Mereka pun akhirnya bereksperimen mengembangkan organ-organ tubuh manusia di dalam tubuh hewan.
Lebih dari 50 ekor domba dan babi telah 'ditanami' dengan embrio hibrida manusia-hewan yang bertujuan untuk mengembangkannya menjadi jantung, hati dan organ-organ utama manusia lainnya yang berfungsi sempurna.
Dikutip dari Daily Mail, Senin (11/1/2015), eksperimen ini mengandalkan perpanduan teknologi termutakhir termasuk di dalamnya terobosan terbaru di bidang biologi sel induk dan teknik editing gen. Dengan memodifikasi gen, para ilmuwan saat ini sudah bisa mengubah DNA dalam embrio babi atau domba, sehingga hewan-hewan ini secara genetik tak lagi mampu membentuk jaringan spesifik.
Advertisement
Baca Juga
Lalu dengan menambahkan sel induk dari manusia, para ilmuwan berharap kalau sel ini akan dapat mengambil alih tugas dalam membentuk organ yang hilang tersebut. Organ inilah yang nantinya akan diambil dari hewan untuk ditransplantasikan atau didonorkan ke orang.
Penelitian ini dilakukan di National Institutes of Health (NIH) di Maryland, Amerika Serikat.
"Walau teknik ini belum diterapkan di Inggris, penasehat penelitian hewan di pemerintahan Inggris diharapkan dapat melegalkan hal ini segera setelah pedoman lengkap pertamanya diterbitkan minggu ini," lapor The Times.
20 hewan ternak dalam eksperimen ini sudah hamil dalam setahun terakhir di sana, sedangkan 3 lainnya berlangsung di negara lain.
Jenis lainnya dari chimera -- organisme tunggal yang berasal dari lebih dari satu zigot yang berbeda -- manusia-hewan juga sudah banyak dipergunakan dalam penelitian-penelitian ilmiah, termasuk tikus yang disusupi dengan sistem kekebalan manusia.
Akan tetapi, penelitian ini tentu tidak bebas lepas kontroversi. September tahun lalu, berseberangan dengan kebijakan awal mereka, National Institutes of Health telah mengumumkan kalau mereka tak akan lagi mendukung penelitian yang melibatkan chimera manusia-hewan seperti ini, sebelum tuntas mempertimbangkan semua implikasi sosial dan ilmiahnya.
Dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Digital Journal, NIH juga menjelaskan masalah etika yang menyangkut kaburnya batas-batas antar spesies, serta mengungkapkan kekhawatiran soal kemungkinan perubahan "kesadaran kognitif" hewan, seandainya hewan-hewan ini tumbuh dengan sel otak manusia.
Ada ketakutan kalau hibrida semacam ini akan membuat hewan-hewan menjadi terlalu manusiawi -- memiliki rambut, sel reproduksi atau kecerdasan lebih tinggi seperti manusia pada umumnya.