Sukses

Cari MH370, Tim Temukan Bangkai Kapal Berusia 200 Tahun

Maksud hati mencari MH370, misi kapal ini justru menemukan objek misterius berusia 200 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Kru kapal Havila Harmony kaget bukan main saat menemukan objek misterius, dalam tugas mencari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang tak berjejak sejak Sabtu 8 Maret 2014.

Awalnya para awak diliputi ketegangan, karena mengira radar menangkap titik yang dikira bangkai kapal terbang milik maskapai negeri jiran itu.

Namun ternyata bukan MH370, tapi temuan lain yang tak kalah berharga. Kapal Havila Harmony menemukan bangkai kapal dalam kondisi nyaris sempurna di dasar Samudera Hindia sebelah selatan.

Joint Agency Coordination Centre (JACC) kemudian merilis gambar-gambar temuan Havila Harmony yang dikira adalah MH370 itu, pada Rabu (13/1/2016).

"Pada 19 Desember 2015, saat melakukan pencarian MH370, sonar Havila Harmony melakukan kontak karena berhasil menangkap sesuatu di dasar laut. Setelah gambar terkirim, kami melihat sesuatu seperti kapal karam," tulis pernyataan JACC seperti dilansir dari News.com.au.

"Kami segera meminta Havila Harmony untuk mencari tahu dengan menggunakan AUV atau Autonomous Underwater Vessel. Pada 2 Januari 2016, AUV memberi citra dengan resolusi tinggi, mengonfirmasi bahwa temuan di bawah laut adalah sebuah bangkai kapal," lanjut JACC.

Awalnya mereka mengira itu adalah bangkai MH370, namun setelah diteliti oleh Shipwreck Galleries of Western Australian Museum, kurator ahli mengatakan bahwa citra itu merupakan bangkai kapal baja atau besi yang pernah beroperasi pada Abad ke-19.

"Temuan ini tak kalah penting, namun kami akan tetap mencari MH370. Adapun masa pencarian akan berakhir pada pertengahan tahun ini," lanju pernyataan JACC.

MH370 hilang dari radar saat terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014 bersama 239 penumpang dan kru di dalamnya.

Keluarga dari 154 warga China dan Taiwan sejauh ini menolak pernyataan resmi dari pemerintah Malaysia mengenai nasib maskapai itu. Mereka percaya orang-orang yang dikasihinya itu masih hidup.

Mereka juga menolak temuan flaperon di Pulau Reunion pada Juli tahun 2014 lalu merupakan bagian dari pesawat malang tersebut.