Liputan6.com, Jakarta Mungkin tak disadari, pesawat terbang berpotensi jadi media penyebaran kuman dan penyakit. Ruang tertutup menyebabkan sirkulasi udara tertahan di dalam, dan bakteri dengan mudah berpindah dari satu penumpang ke penumpang lainnya.
Seorang remaja berhasil menguak pergerakan kuman di pesawat, dan ia pun mendapatkan solusi atas masalah itu.
Melalui TED Talks, Raymond Wang (17) menjelaskan bagaimana ia membangun simulasi komputer yang dapat memperlihatkan pergerakan kuman yang mampu berjalan dengan cepat di dalam pesawat.
Advertisement
Ia mengungkapkan, bersama dengan udara yang terus berputar di kabin, patogen menyebar dari satu penumpang ke penumpang lainnya.
Penyakit menular melalui udara seperti SARS, flu burung, dan Ebola, menjadi perhatian keamanan pesawat selama 20 tahun terakhir, namun Wang berharap desainnya bisa mengurangi penyebaran kuman di dalam pesawat.
Dilaporkan Independent, alat rancangan Wang berbentuk mirip dengan kipas angin. Berfungsi mengeluarkan udara dari kabin, sehingga udara kotor tidak terus-menerus berkumpul di ruang penumpang.
Melalui video, Wang menjelaskan bahwa ketertarikannya itu dimulai saat wabah Ebola menyebar pada tahun 2015 lalu.
Baca Juga
Ketika itu ia mulai melakukan penelitian mengenai penyebaran kuman, termasuk berita mengenai pesawat yang membawa penderita pria flu burung, yang menyebabkan 17 orang lainnya terinfeksi dalam penerbangan.
Wang menjelaskan, hal ini bisa terjadi karena walau sebagian udara sudah disaring, udara bersih dan kotor bercampur di kabin.
"Ketika kita bersin, udara berputar beberapa kali sebelum keluar melalui filter," ungkap Wang dalam video.
Ia menjelaskan alat filter temuannya akan menjadi revolusi dalam industri penerbangan. Kipas angin tersebut bisa menjadi 'zona pernapasan pribadi' baik bagi penumpang yang duduk di samping lorong atau jendela.
Ditambah lagi penggunaan alat ciptaannya itu tidak sulit, ungkap Wang. Dan bisa membuat maskapai penerbangan menghemat triliunan dolar.
"Di masa depan, penyebaran wabah penyakit bisa membuat dunia rugi $3 triliun," ia menambahkan, dikutip Tech Times.
Penyebaran SARs pada 2002 sampai 2004 diestimasikan membuat industri pesawat menggelontorkan biaya $40 juta, dan menurut WHO, penyebaran wabah flu bisa menghabiskan biaya 3 triliun poundsterling untuk penanganannya.