Sukses

Lapan Resmi Launching Hitung Mundur Gerhana Matahari 2016

Tak hanya istimewa, momen GMT ini juga unik karena biasanya 1 wilayah hanya dilewati GMT dalam kurun waktu 300 tahun sekali.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu peristiwa langit yang akan terjadi tahun ini adalah gerhana matahari total (GMT). Momen tersebut menjadi istimewa bagi Indonesia, karena hanya bisa diamati di wilayah Tanah Air pada Rabu 9 Maret 2016.

Tak hanya istimewa, momen GMT ini juga unik karena biasanya 1 wilayah hanya dilewati GMT dalam kurun waktu 300 tahun sekali, sedangkan di Indonesia bisa terjadi dalam periode 28 tahun.

Pada hari ini, Kamis (14/1/2015), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Indonesia pun mengadakan acara Launching Hitung Mundur 55 Hari Jelang Gerhana Matahari Total 2016 di Kantor Lapan Rawamangun, Jakarta Timur.

Acara ini juga dihadiri oleh Deputi Kementerian Pariwisata Dra Esthy Reko Astuti, Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Dr Jaya Murjaya, serta dari ITB Dr Mahasena Putra dan Dr Permana W Permadi.

"Gerhana matahari total tinggal hitungan hari, kami terus melakukan gaungan secara nasional dan memberikan kesadaran kepada semua pihak jika GMT tidak berbahaya," ungkap Kepala Lapan Prof Thomas Djamaluddin saat acara Launching Hitung Mundur Gerhana Matahari Total 2016 di Kantor Lapan Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (14/1/2015).

Dalam acara ini, Lapan juga meluncurkan situs resmi yang ada di website www.lapan.go.id tentang 55 hari jelang gerhana matahari total 2016 dengan tujuan agar masyarakat Indonesia dapat mudah mengakses segala infomasi soal GMT ini.

"Kita mulai dari sekarang hitung mundur GMT, saya akan launch ini. Di situs Lapan semua sudah ada informasinya," kata pria yang karib disapa Thomas itu.

Dengan begitu, resmilah sudah kegiatan 'Launching Hitung Mundur 55 Gerhana Matahari Total 2016'.

Djamal menjelaskan tak ada maksud pemilihan khusus mengapa 55 hari yang dipilih. "Tak ada maksud apa-apa, hanya kesempatannya saja sekarang dan supaya ada gaungan nasional soal GMT ini," ujar dia kepada Tim Liputan6.com.

Pria berkostum batik warna pink dan berkacamata itu juga menjelaskan, tujuan kegiatan agar bisa mempersiapkan segala sesuatu menyambut GMT. "Ada 3 hal yang kita lakukan dalam rangka GMT ini dan yang paling banyak aktivitasnya adalah bidang kepariwisataan," ujar Thomas.

Djamal pun mengatakan jika GMT ini tak berbahaya asal melihatnya dengan benar. Saat menjelang GMT, masyarakat diharap tidak langsung melihat ke arah matahari. Namun sesudahnya masyarakat dapat dengan aman melihatnya, dan lebih bagus serta aman jika melihatnya menggunakan kacamata khusus yang memiliki filter.

"GMT tidak membahayakan, karena radiasinya tetap seperti kita melihat matahari sehari-hari," ucap Thomas.

Pihak Lapan pun berkerja sama dengan banyak pihak untuk dapat melakulan penelitian saat GMT berlangsung.

"Kami membentuk panitia nasional terdiri dari Lapan, ITB, dan BMKG. Ada juga tim dari Korea, komunitas astronomi, dan tentu saja NASA," ujar Thomas.

Tak hanya penelitian, pihak Lapan dengan panitia nasional juga melakukan edukasi kepada masyarakat. "Selain penelitian, kami juga akan mengadakan edukasi publik," pungkas Thomas.