Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Nusron Wahid, mengatakan ada 3 TKIÂ di Korea Selatan ditangkap. Ketiganya diduga kuat terlibat jaringan teroris.
"Mereka dituduh masuk jaringan teroris ISIS. Memang penetrasi yang dilakukan kelompok ini sangat efektif dan agresif sehingga kita akan buat gerakan deradikalisasi," kata Nusron usai bertemu Wakil Presiden, Jusuf Kalla di Jakarta, seperti dikutip dari Antara News, Jumat (15/1/2016).
Menurut Nusron, peristiwa itu merupakan peringatan bagi mereka agar lebih memonitor para TKI di luar negeri. Semakin mendesak deradikalisasi diterapkan, berupa pemahamam keagamaan insklusif dan penyemaian desiminasi program-program agama yang sifatnya moderat sesuai dengan ke-Indonesiaan ke kalangan TKI terutama di kawasan Timur Tengah dan Asia Pasifik.
Advertisement
Sejak 2012, imbuh Nusron, sudah tidak ada lagi TKI yang dikirim ke Suriah tapi fakta menunjukkan bahwa masih ada WNI di sana.
"Tidak dipungkiri ada satu, dua yang kebetulan bekerja kepada majikannya yang ikut atau jadi simpatisan ataupun aktivis ISIS, kemudian mereka menjadi ikut kelompok itu tidak terpungkiri. Tapi kalau jumlahnya kita belum bisa identifikasi," ujar dia.
Baca Juga
Sejauh ini, BNP2TKI akan mengidentifikasi karena biasanya semua TKI yang masuk deportasi dari Suriah melalui Lebanon begitu sampai ke Indonesia langsung diwawancara dahulu.
"Setelah itu ada program pelatihan kepada mereka dan ditengah-tengah pelatihan itulah kita juga mengidentifikasikan dari cara berpakaian, pandanganan keagamaan, kenegaraan," tutur Nusron.
Dari identifikasi itu akan dilakukan tindakan-tindakan terutama tindakan preventif berupa penyuluhan agar yang bersangkutan kembali kepada jalur keagamaan di Indonesia.
"Dalam setahun, ada 600 WNIÂ dideportasi dari Suriah dan dari hasil pelatihan tidak lebih dari 10 orang yang pemikirannya sudah terpengaruh paham-paham radikal," ujar Nusron.
"Tapi begitu kita lakukan pendekatan, ternyata belum jauh. Ibarat penyakit, belum stadium tinggi, hanya masih baru memahami wacana keagamaan yang model-model ISIS, belum sampai terlibat," pungkas Nusron.Â