Liputan6.com, Istanbul - Pemerintah Turki menangkap belasan akademisi yang menandatangani petisi yang mengkritik operasi militer atas militan Kurdi. Petisi berjudul 'Kami Bukan Bagian dari Kejahatan Ini' ditandatangani lebih dari 1.000 akademisi dan intelektual Turki bersama puluhan akademisi asing untuk mendesak pemerintah menghentikan apa yang mereka sebut sebagai 'pembunuhan massal'.
Mereka juga menyarankan agar perundingan damai dengan perwakilan Kurdi dilanjutkan kembali. Namun Presiden Recep Tayyip Erdogan menuduh para penandatanganan petisi sebagi pengkhianat sambil menegaskan Turki tidak memiliki masalah Kurdi namun masalah teroris.
Jurnalis di Turki melaporkan, penangkapan ini mencerminkan semakin memburuknya kebebasan mengungkapkan pendapat di Turki di bawah Presiden Erdogan.
Advertisement
Baca Juga
Kecaman Presiden Erdogan atas para akademisi kembali diungkapkannya Jumat 15 Januari kemarin saat mengunjungi lokasi serangan bom di dekat Masjid Biru, Istanbul, yang menewaskan sedikitnya 10 orang.
"Mereka adalah orang-orang gelap. Mereka adalah para penjahat karena mereka yang berpihak kepada penjahat adalah penjahat itu sendiri," tutur dia seperti dikutip BBC, Sabtu (16/1/2016).
Penangkapan para akademisi ini juga dikecam pemerintah Amerika Serikat yang menyatakan semua warga negara seharusnya bebas menyampaikan pandangan yang kontroversial maupun tidak populer.
Seperti diketahui, Kelompok Pemberontak Kurdi (PKK) --yang melancarkan perjuangan untuk memisahkan diri-- selama ini dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki.