Liputan6.com, Taipei - Taiwan mulai melakukan pemungutan suara, yang kemungkinan bisa memilih pemimpin wanita pertama dan memberi ketidakpastian akan hubungannya dengan China di masa depan.
China melihat pulau tersebut sebagai provinsi yang melepaskan diri, dan mereka sudah mengancam untuk merebut kembali pulau tersebut dengan paksa, jika dibutuhkan.
Baca Juga
Jika Tsai Ing-wen membawa kelompok oposisi yang dipimpinnya, Democratic Progressive Party atau Partai Progresif Demokratis (DPP) untuk menang, maka ini akan menjadi keunggulan bagi kelompok pro-kemerdekaan Taiwan.
Advertisement
Dilansir dari BBC, Sabtu (16/1/2016), hasil pemilu Taiwan itu diperkirakan rampung sekitar pukul 18.00 waktu setempat.
Baca Juga
Eric Chu akan mewakili Kuomintang (KMT) yang berkuasa, dan sejauh ini membawa peningkatan hubungan dengan China.
Sementara China dipastikan akan mengamati hasil pemilu presiden dan parlemen Taiwan dengan seksama.
Pemungutan suara pada Sabtu ini terjadi beberapa bulan setelah pertemuan bersejarah antara pemimpin dua belah pihak, yang pertama terjadi dalam 60 tahun saat Presiden Ma Ying-jeou dari Kuomintang bertemu Presiden China Xi Jinping di Singapura pada November.
Namun selain masalah hubungan dengan China, pemilih juga akan melihat isu ekonomi yang memburuk. Jika Tsai yang berusia 59 tahun itu menang, maka ini akan menjadi kemenangan kedua buat DPP.