Liputan6.com, Grand Canyon - Tak jauh dari Grand Canyon, di dekat sebuah landmark yang disebut Vulcan’s Throne, ada penampakan tak biasa. Dari orbit di angkasa, area tanah di sana terlihat dipenuhi dengan lingkaran-lingkaran aneh yang terlihat tandus.
Apakah ini hasil kerja alien?
Ternyata bukan. Kemungkinan pelakunya adalah semut dalam jumlah yang sangat besar. Sedemikian banyaknya hingga para ilmuwan yang menemukan penampakan itu menyebut wilayah tersebut sebagai 'Las Vegas-nya semut' -- kota tempat tinggal semut seperti Las Vegas.
Advertisement
Fisikawan Amelia Carolina Sparavigna, spesialis di bidang pengolahan gambar dan analisis citra satelit di Polytechnic University of Turin di Italia yang memperhatikan pola polkadot aneh itu saat mempelajari dimensi dari tepian Grand Canyon di Google Earth. Di sebuah lembah di dekat gunung berapi Vulcan’s Throne, di lembah North Rim, Sparavigna ia melihat lingkaran-lingkaran debu terletak tak beraturan di vegetasi gurun yang penuh semak.
"Saya tahu kalau vegetasi berpola bisa dibuat lewat persaingan antara tumbuhan dengan hewan, dan bahwa di Namibia, ada vegetasi berpola yang dihasilkan oleh koloni serangga," ungkap Sparavigna, mengacu kepada 'lingkaran peri' Namibia yang terkenal seperti dikutip dari Live Science, Sabtu (16/1/2016).
Lingkaran-lingkaran tandus di Namibia tersebut mungkin adalah hasil karya rayap pasir, meski para ilmuwan belum sepakat soal penyebab sebenarnya. Teori-teori lain menyebut kalau penyebabnya adalah rembesan hidrokarbon, semut, atau persaingan antar rerumputan di bawah tanah untuk memperoleh air.
Sparavigna menduga kalau lingkaran-lingkaran di Arizona ini bisa dijelaskan dengan lebih sederhana. Gurun di sekitar Grand Canyon adalah habitat bagi semut merah dengan nama Pogonomyrmex barbatus yang sanggup membangun gundukan sarang berdiameter 120 cm. Gundukan ini biasanya dikelilingi tanah kosong hingga 10 meter, seperti yang ditulis Sparavigna dalam makalahnya yang diposting secara online 11 Januari lalu.
Makalah ini belum diuji oleh sesama ilmuwan, dan Sparavigna pun langsung menegaskan kalau perlu lebih dari sekedar tampilan dari langit untuk mengkonfirmasi kalau titik-titik tersebut adalah gundukan semut.
"Sangat mungkin kalau vegetasi berpola tersebut berasal dari interaksi antara tumbuhan dan semut, namun penyelidikan langsung di lokasi diperlukan untuk memastikan hal ini," jelas Sparavigna.
Ia juga menulis dalam majalahnya kalau titik-titik ini tak terlihat dalam citra satelit pada tahun 2008. Akan tetapi Google Earth telah mempertajam fokus pada permukaan bumi lewat gambar-gambar beresolusi tinggi. Gambar-gambar semacam ini dapat membantu para ahli ekologi untuk memperoleh gagasan tentang bagaimana organisme berinteraksi dari waktu ke waktu.
Semut bukan satu-satunya kehidupan hewan yang secara mengejutkan bisa terlihat lewat Google Earth. Sebuah citra resolusi tinggi di 10,903497 LU dan 19,93229 BB (di Chad) menunjukkan sekumpulan gajah tengah merumput di padang rumput. “Geoglyph” prasejarah –pola besar yang terbuat dari batu -- juga terlihat di citra Google Earth, termasuk roda berjari-jari di Yordania serta cincin dan salib di Kazakhstan.
Akan tetapi, terkadang citra Google Earth juga dapat mengelabui mata.
Sebelumnya, tersiar kabar sebuah artefak terpantau di eksplorer Google Ocean dan memicu rumor adanya Atlantis di tahun 2009. Beberapa penggunanya mengira pola garis-garis di gambar adalah jalanan kota yang telah tenggelam itu. (Sejak saat itu artefak tersebut telah dihapus)
Satu lagi, yakni 'pulau' seukuran Manhattan di Pasifik Selatan ternyata tidak ada (itu cuma kesalahan yang terbawa secara digital dari peta konvensional.)