Liputan6.com, Taipei - Rakyat Taiwan akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Tsai Ing-wen. Perempuan ini terpilih menjadi presiden perempuan pertama dalam sejarah Taiwan.
Tsai, berusia 59 tahun adalah pimpinan Partai Demokratik Progresif (DPP), yang menginginkan independen dari China.
Di pidato kemenangannya, ia bersumpah akan melanjutkan status quo hubungan dengan Tiongkok, serta menambahkan Beijing harus menghormati demokrasi Taiwan dan kedua negara mesti memastikan tak ada provokasi antara keduanya.
Advertisement
China hingga kini memandang Taiwan adalah provinsi terjauhnya dan sering kali mengancam dengan kekuatan militernya.
Baca Juga
Dalam orasinya, Tsai menyebut era baru dalam Taiwan dan akan bekerja sama dengan partai lainnya untuk isu-isu besar. Ia juga menegaskan bahwa keinginan rakyat Taiwan adalah tanggung jawab utamanya.
"Saya juga ingin menekankan kepada dua pihak di Selat Taiwan, masing-masing dari kami harus menghargai perbedaan dan kerja sama," pidato Tsai, seperti dilansir dari BBC, Minggu (17/1/2016).
"Saya harus pastikan, tidak ada provokasi, dan insiden. Juga memperingatkan adanya tekanan dari pihak lain hanya akan melukai stabilitas kedua negara," tambahnya..
Ia juga berterima kasih kepada AS dan Jepang untuk mendukung Taiwan yang telah turut berkontribusi dalam kestabilan dan keamanan kawasan. Tsai berhasil mengalahkan Eric Chu dari partai berkuasa Kuomintang (KMT).
Chu mengucapkan selamat keada Tsai atas kemenangannya tersebut, serta mengumumkan pengunduran diri sebagai pemimpin KM. Perdana Menteri Mo Chi-kuo juga mohon lengser setelah Tsai menang.
Pemilu berlangsung setelah pertemuan bersejarah antara pemimpin kedua negara Taiwan dan China di Singapura.
KMT telah memegang kuasa selama 70 tahun dan berhasil memperbaiki hubungan dengang Beijing. Tsai adalah pemimpin kedua dari DPP. Pertama kali menang dipimpin pengacara pro-independen Chen Shui-bian. Saat ia memimpin sepanjang 2000-2008, tensi dengan China memanas.
Lulusan AS dan Inggris, Pendukung Pernikahan Sesama Jenis
Tsai adalah mantan pengajar universitas. Lulusan master dari Cornell Law School dan meraih Phd di London School of Economic, perempuan kelahiran 31 Agustus 1956 ini memulai karier politiknya pada 1993. Saat Presiden Chen Shui-bian berkuasa, ia menjadi menteri urusan Daratan. Ia menjadi anggota DPP pada 2004.
Tsai pernah mengikuti laga menjadi Wali Kota Taipei namun kalah pada 2010. Namun, konsistensi di DPP membuahkan hasil. Pada 2014, ia terpilih sebagai ketua partai tersebut.
Ia terkenal mendukung kelompok LGBT dan menyetujui pernikahan sesama jenis. Pada Hari Kasih Sayang China, 21 Agustus 2015 lalu, ia merilis video kampanye di mana 3 pasang sesama jenis tampil sebagai salah satu aktornya.
Pada 31 Oktober tahun lalu, saat parade gay terbesar di Asia diadakan di China, Tsai mengekspresikan dukungannya terhadap pernikahan sesama jenis. Ia mem-posting 15 detik video dalam akun Facebook-nya dengan menulis, "Saya, Tsai Ing-wen, dan saya mendukung pernikahan sesama jenis. Biarkan seluruh umat merasakan kebebesan bercinta dan mencari kebahagiannya."