Sukses

Alat Batu Misterius Berusia 118 Ribu Tahun Ditemukan di Sulawesi

Alat-alat peninggalan kuno ditemukan di Sulawesi. Namun, spesies manusia apa yang membuatnya, masih belum jelas.

Liputan6.com, Sulawesi - Alat-alat berusia 118.000 tahun ditemukan. Lokasinya tak lain dan tak bukan berada di Tanah Air.

Tak ada jejak-jejak manusia yang menciptakannya. Namun, riset tersebut, yang diterbitkan di jurnal Nature, merujuk pada keterkaitan alat-alat itu pada hadirnya spesies peralihan manusia purba dan manusia modern di Australia.

Digali di empat tempat terpisah di Sulawesi, sekumpulan alat-alat yang keseluruhannya berjumlah ratusan itu pun memicu perdebatan. Publik mempertanyakan lagi identitas spesies manusia pertama yang hadir di kepulauan sekitar.

Dikutip Raw Story, Minggu (17/1/2016)peninggalan dari spesies hominin (spesies peralihan manusia purba dan manusia modern) ditemukan di pulau Flores pada 2003. Disebut 'Hobbit', hasil tes membuktikan makhluk yang disebut Homo floresiensis itu sudah ada setidaknya satu juta tahun lalu.

Penemuan baru tersebut menunjukkan bahwa Flores bukan satu-satunya pulau yang pernah diduduki oleh makhluk purba sebelum Homo sapiens (manusia modern). Menurut pemimpin studi Gerrit van den Bergh, periset dari University of Wollongong, Australia, manusia modern tiba kurang lebih 50.000 tahun lalu.

Sedangkan, Hobbit merupakan keturunan dari spesies Homo erectus yang sudah punah, dan mengecil selama ratusan generasi, oleh proses yang disebut "Insular Dwarfing". Proses ini terjadi saat hewan bermigrasi dari satu daratan dengan laut yang surut, ke daratan saat laut pasang.

Ada empat tempat berbeda di Sulawesi yang menjadi lokasi galian. (foto: Telegraph)

"Fosil hewan yang berhubungan dengan Hobbit dan artefak batu jelas mengindikasikan kondisi pulau yang terisolasi," jelas van den Bergh.

Ilmuwan lainnya berpendapat, manusia asal Flores kemungkinan memiliki asal-usul yang berbeda. Lainnya menjelaskan bahwa peninggalan tersebut kemungkinan kerangka manusia modern yang mengidap kelainan genetik, sehingga tengkoraknya mengecil. Namun, kedua anggapan itu tak disetujui.

Namun, sulit diketahui tanpa ada bukti fosil.

Penemuan baru ini menunjukkan, ada kemungkinan kaitan manusia purba menjadi nenek moyang penduduk Australia masa kini.

"Dari bukti genetik, kami mengetahui bahwa manusia purba datang ke Australia, dan keturunan mereka memiliki DNA yang diturunkan oleh spesies manusia yang disebut Denisovans," ungkap van den Bergh.

Denivasons bersaudara dengan manusia purba maupun manusia modern. Spesies ini memisah dari spesies manusia purba pada 600.000 tahun lalu, dan dari manusia modern 400.000 tahun lalu. Mereka bertahan hidup sampai setidaknya 40.000 tahun lalu.

Sayangnya data mengenai fosilnya kurang lengkap. Hanya ada beberapa gigi dan tulang jari kelingking yang ditemukan dari sebuah gua di Siberia. Ilmuwan bahkan belum yakin akan wujud mereka.

Namun, kaitan DNA dengan penduduk asli Australia menjadi bukti kuat mereka berpindah dari Asia ke Australia.

"Pertukaran genetik antara nenek moyang Australia modern dan Denivasons kemungkinan terjadi di suatu tempat di Asia Tenggara," jelas van den Bergh.

"Kemungkinan, pembuat alat-alat yang ditemukan di Sulawesi itu adalah Denivasons."

Sayangnya, DNA mereka tak bertahan di iklim tropis Aisa Tenggara, sehingga hilang kesempatan meneliti petunjuk genetis.

"Satu hal yang pasti, alat-alat itu tidak dibuat oleh Homo sapiens. Mereka terlalu modern untuk menggunakannya." Van den Bergh mengakhiri pembicaraan.

Alat-alat itu, yang tajam dengan satu atau dua bagian depan, dibuat dari memotong-motong batu kapur menjadi serpihan.