Sukses

Putri Koruptor Peru Pimpin Jajak Pendapat Pemilu Presiden

Putri eks presiden kontroversial Peru Alberto Fujimori, Keiko Fujimori, berada di peringkat pertama jajak pendapat calon Presiden Peru.

Liputan6.com, Lima Pemilihan Umum Peru yang dijadwalkan April mendatang, tinggal menghitung waktu. Jelang pesta demokrasi tersebut, putri eks presiden kontroversial Peru Alberto Fujimori, Keiko Fujimori terus berada di peringkat pertama dalam jajak pendapat calon presiden.

Hal itu terlihat ketika salah satu lembaga riset ternama Peru, Ipsos merilis hasil survei terbaru pemilu Peru. Dalam laporannya, 33 persen pemilih di Peru menyatakan siap mendukung Keiko yang bernaung di bawah partai sayap kanan, Fuerza.

Posisi perempuan keturunan Jepang tersebut tidak berubah kala Ipsos mengeluarkan laporan serupa pada Desember lalu.

Posisi kedua jajak pendapat ditempati Pedro Pablo Kuczynski. Pedro yang mendapat 13 persen dukungan merupakan ekonom dan pernah menjabat sebagai perdana menteri.

Hasil terbaru ini membuat pekerjaan rumah Pedro dan tim kampanye semakin berat. Sebab, survei tersebut menunjukkan penurunan dukungan sebesar 3 persen dibanding hasil survei lalu.

Bukan cuma itu, Pedro harus berbagi posisi dalam jajak pendapat itu dengan Cesar Acuna yang hasil surveinya tak berubah sejak akhir tahun lalu.

Keberhasilan Keiko meraih hasil memuaskan ini dinilai karena program kampanyenya yang menjanjikan peningkatan investasi untuk memperbaiki ekonomi Peru sesuai dengan kondisi negara tersebut. Pasalnya, selain Peru negara Amerika Latin saat ini tengah berjuang mati-matian melawan pelemahan ekonomi global.

Keiko mendapat kepercayaan menjadi capres dari Partainya tahun lalu. Ketika itu dia menyatakan siap berjuang menjadi Presiden untuk memperjuangkan masa depan negaranya yang jauh lebih baik dari waktu ini.

"Saya yakin semua pendukung saya mendukung keputusan saya (maju jadi capres), kita tidak berhenti di masa lalu, tapi kita telah membuat komitmen di masa depan," tegas Keiko saat memastikan diri jadi Capres, seperti dikutip dari Reuters, Senin (18/1/2016).

Meski mendapat dukungan besar, pencalonan Keiko tetap mengundang kontroversi. Pasalnya, sang ayah ketika berkuasa dikenal sebagai diktator yang haus kekuasaan.

Tak cuma itu, ia juga tersandung kasus hukum termasuk dugaan korupsi serta pembantaian di La Cantuta.

Fujimori berkuasa di Peru selama 10 tahun dari 1990-2000. Sepanjang satu dekade itu, kondisi Politik Peru dipenuhi lika-liku.

Puncak gejolak di masa pimpinan Fujimori terjadi saat kasus penyuapan terhadap kepala intelijen Peru, Vladimiro Montesino terungkap di publik. Peristiwa yang terjadi pada September 2000 itu menyebabkan popularatis Fujimori merosot tajam.

Pada November 2000, Fujimori memutuskan untuk menghadiri KTT APEC di Brunei. Tapi setelah acara itu selesai, ia ternyata tidak kembali ke Peru melainkan kabur ke Jepang.

Di tempat leluhurnya itu, Fujimori mengirimkan surat pengunduran diri. Namun, surat tersebut tidak diterima Kongres Peru.

Terhitung pada 17 November 2000, Kongres Peru pun memilih untuk menonaktifkan Fujimori. Jabatannya pun hilang, namanya dicoret dari jajaran orang nomor satu di negara itu.*

Video Terkini