Liputan6.com, Cleaveland - Mungkin banyak orang yang tak sadar saat mandi rutin, kita justru telah merusak kulit. Sabun dengan 'iming-iming' membuat kulit lembut, ternyata tak mampu mencegah kering, gatal, bahkan lecet kulit manusia.
Bagi sebagian orang, hal itu menjadi dilema, apakah tetap melanjutkan kegiatan rutin, menghentikannya, atau mengganti sabun tanpa parfum dan lebih ramah kulit.
Baca Juga
Namun, mengganti sabun saja tidak jadi jawaban, begitu juga dengan menghentikan kegiatan mandi. Ternyata, setelah ditelisik lebih lanjut, meski sabun memegang peranan penting, ternyata ada kesalahan-kesalahan saat mandi.
Advertisement
Berikut 3 cara mandi yang justru membuat kulit kita rusak, seperti dilansir Liputan6.com dari ABCNews, Minggu 17 Januari 2016.
Air Terlalu Panas
Kulit kering dan gatal? Air yang terlalu panas mungkin penyebabnya.
"Tahunya air terlalu panas tidak hanya dirasa oleh kulit, namun terlihat juga dari uap dari pancuran air. Meski kulit tidak merasakan, itu tanda bahwa sebenarnya air sudah terlalu panas," kata Melissa Piliang seorang dokter kulit dari Klinik Cleveland.
Selain membuat kulit kering, air panas bisa menyebabkan eksim. Dr Melissa menyarankan bagaimana mengatur air hangat yang pas untuk kulit.
"Pertama, nyalakan keran air panas terlebih dahulu. Buat kamar mandi terasa sepanas yang Anda mau. Lalu setelah cukup embunnya, pasang keran air panas di posisi seminimal mungkin. Anda masih bisa merasakan sensai air hangat tanpa merusak kulit."
Saran lainnya adalah ketika ingin mandi dengan air hangat, cukup 10 menit saja, menurut Universitas Iowa. Untuk suhu disarankan tidak lebih dari 49 derajat Celcius. Membatasi jam mandi dan mengatur suhu tidak hanya membuat kulit terjaga, tapi juga...menghemat tagihan listrik!
Jangan terlalu sering berendam air hangat. Boleh dilakukan selama diperlukan. Saat berendam, jangan terlalu lama karena berendam air hangat justru memperparah kulit kering.
Advertisement
Sabun Terlalu Keras
Sebagian dari kita senang dengan kulit yang terasa 'licin' dari efek sabun -- belum lagi iming-iming sabun anti-bakteri. Namun, ternyata sabun seperti itu membuat kulit makin merana.
Sensasi licin justru karena minyak alami yang dimiliki kulit luntur akibat zat kimia sabun itu. Adapun sabun anti-bakteri mengandung zat triklosan yang telah dilarang oleh otoritas obat-obatan Amerika Serikat atau FDA. Sementara itu, di Indonesia kadar maksimal triclosan adalah 0.3 persen, menurut BPOM.
Dr Piliang justru menganjurkan untuk tidak memakai sabun anti-bakteri juga sabun tanpa pewangi buatan.
Biasakan memakai krim pelembab sesudah mandi. Menurut Dr Piliang, selain 'mengunci' bakteri baik agar tidak luruh, krim pelembab juga menjaga kulit kenyal. Hindari pelembab yang mengandung parfum bagi mereka yang alergi dan yang telanjur kena eksim.
Menggosok Terlalu Kencang
Kecuali memang baru saja bekerja keras dan di udara terbuka serta badan super kotor, menggosok kulit diperbolehkan. Namun jika tidak, sebenarnya tak harus kulit kita terkena gosokan dari scruber.
"Yang perlu dibesihkan adalah ketiak dan area kelamin serta bokong. Sisanya pada dasarnya tidak perlu," jelas Dr Piliang lagi.
"Kulit sudah mengandung minyak alami. Ada bakteri 'baik' di situ agar kulit kita senantiasa sehat. Menggosok dari ujung rambut ke kaki hanya akan mengurangi bakteri baik itu, sehingga memungkinkan kita justru terkena jerawat dan eksim," tutur Dr Piliang.
Usahakan jangan menggosok badan dengan handuk, apalagi terlalu keras.
"Tepuk-tepuk saja, itu cukup. Kalau kita gosok lagi justru akan membuat kulit semakin merana dan makin rusak," katanya.
Advertisement