Liputan6.com, London - Sejumlah pencari suaka yang berhasil masuk dan diterima di Inggris mendapatkan resetlement house atau rumah sementara di timur laut Britania Raya. Namun, mereka justru kecewa sekaligus didera kekhawatiran.
Pasalnya, pintu merah mereka diwarnai merah, berbeda dengan rumah-rumah di kawasan lainnya yang berwarna abu-abu.
Baca Juga
Hal ini membuat Kementerian Dalam Negeri Inggris segera menginvestigasi kebenaran laporan itu.Â
Advertisement
Laporan ini ditulis oleh Times beberapa waktu lalu, yang mengabarkan bahwa akomodasi para pencari suaka di Middlesbrough ditandai warna merah. Itu justru menjadikan mereka target potensial kekerasan.
Menteri Imigrasi, James Brokenshire kini memerintahkan stafnya untuk menginvestigasi laporan itu.
Baca Juga
"Saya jelas khawatir akan isu ini dan saya telah memberi wewenang kepada staf Kementerian Dalam Negeri untuk menginvestigasi kebenaran perlakuan terhadap pencari suaka di Middlesbrough," kata Brokenshire seperti dilansir The Guardian, Rabu (20/1/2016).
"Saya berharap kontraktor penyedia rumah memiliki standar tinggi. Jika kami menemukan ada bukti perlakuan diskriminasi kepada para pencari suaka, kami akan segera menghentikan kerja sama dan mereka akan berurusan dengan hukum karena perilaku itu tidak bisa ditoleransi," ujarnya lagi.
Adapun properti yang kini sedang diinvestigasi oleh Times dikerjakan oleh perusahaan Jomast, sebuah subkontraktor dari perusahaan G4S. Mereka adalah perusahaan yang berhasil memenangkan kontrak pemerintah penyedia rumah penampungan.
Baik Jomas dan G4S menolak berkomentar bahwa mereka telah mengecat pintu rumah pencari suaka dengan warna merah.
Namun, sebenarnya, kementerian dalam negeri memulai audit setelah menerima laporan bahwa pencari suaka itu telah menjadi target kekerasan. Rumah mereka dilempar kotoran anjing, telur, dan ditandai simbol Garda Nasional -- sebuah organisasi rasis yang didirikan pada 1967.
Dari 168 properti yang diidentifikasi oleh Times, yang disediakan Jomast, 155 di antaranya memiliki pintu berwarna merah.
Setelah Times merilis beritanya, G4S berkicau dalam Twitter-nya bahwa itu fitnah belaka. Namun, perusahaan jasa keamanan itu menambahkan akan mengambil langkah perubahan.
Entah langkah apa yang dimaksud, namun mereka menulis dalam Twitter-nya, "Adanya kekhawatiran. Subkontraktor kami, Jomast setuju untuk mengecat ulang pintu-pintu di daerah itu."