Sukses

Bolongi Tembok, 40 Napi di Brasil Kabur Massal

Para narapidana berlari ke arah pemukiman. Tak sedikit yang masuk ke rumah-rumah penduduk.

Liputan6.com, Recife - Kasus kaburnya tahanan dari penjara berkeamanan ketat tidak hanya di California, AS. Namun, terjadi juga di kota Recife, Brasil.

Tak tanggung-tanggung jumlah tahanan yang kabur massal ada 40 napi. Mereka meledakkan tembok penjara lalu melenggang kangkung keluar dari rumah tahanan yang disebut-sebut memiliki keamanan ketat pada Senin (25/1/2016) pagi waktu setempat. 

Petugas keamanan setempat menuturkan, meski mereka berhasil kabur tapi sebagian telah tertangkap lagi dalam hitungan jam. Di antara narapidana yang tertangkap, 2 di antaranya tewas terkena terjangan timah panas dan 1 lainnya berhasil lolos untuk kedua kalinya.

Ini adalah insiden kedua yang terjadi di kota itu dalam 1 pekan terakhir.

Rabu 13 Januari lalu, 53 tahanan berhasil kabur di penjara lain di luar Kota Recife. Hanya 13 orang yang berhasil ditangkap kembali, seperti dilansir dari BBC.

Foto-foto beredar di dunia maya memperlihatkan detik-detik tembok penjara Frei Damaio de Bozanno meledak.

Awalnya, seorang pria berjalan depan tembok itu. Lalu, ia meletakkan sebuah paket dan berlari. Tak lama kemudian, paket itu meledak membuat tembok penjara itu bolong seketika.

Dalam hitungan menit, gerombolan napi lari keluar dari lubang tembok tersebut.

Mereka berlari ke arah pemukiman. Tak sedikit yang masuk ke rumah-rumah penduduk. Pihak penjaga penjara telah memperingatkan polisi setempat mengenai insiden ini.

Mereka juga mengaku kecolongan karena saat itu mengalami kekurangan staf jaga. Hanya ada 1.500 petugas untuk menjaga 5.000 pelaku kriminal.

Mereka mengatakan bahwa penjara Frei Damaio adalah salah satu yang memiliki keamanan ketat namun padat penghuninya. Angka penjahat di balik jeruji itu 4 kali lebih besar dari jumlah seharusnya.

Kota yang berada Provinsi Pernambuco itu merupakan salah satu wilayah padat penduduk dan angka kriminalitas tinggi.

Adapun di Pernambuco, merupakan provinsi dengan jumlah penjara terbanyak dan paling padat. Menurut Human Rights Watch, rumah tahanan di provinsi itu rata-rata menampung 10.500 pesakitan, namun jumlah tahanan mencapai lebih dari 32.000. 

Para kriminal itu bahkan harus tidur di lantai, sementara hanya segelintir petugas yang menjaga mereka siang dan malam.