Sukses

Paspor RI Ditemukan di Pantai Malaysia Dekat Tenggelamnya Kapal

Bahkan, KJRI mengatakan diduga kuat kapal itu berasal dari salah wilayah di Indonesia, Batam.

Liputan6.com, Johor Bahru - Konsulat Jenderal RI untuk Johor Bahru, Taufiqur Rijal menyampaikan perkembangan terkait insiden tenggelamnnya kapal yang diduga membawa WNI. Kapal tersebut tenggelam di perairan Malaysia.

Dia mengatakan ada sejumlah dokumen yang ditemukan. Termasuk sejumlah paspor asal Indonesia.

"Ditemukan beberapa paspor (Indonesia)," kata Taufiq melalui sambungan telepon kepada Liputan6.com, Selasa (26/1/2016).

Meski demikian, dirinya tak merinci berapa paspor yang ditemukan. Saat ini, kata Taufiq, otoritas setempat bersama staf KJRI Johor Bahru tengah mendata jumlah pasti WNI yang jadi korban.

Bahkan, dia mengatakan diduga kuat kapal itu, berasal dari salah wilayah di Indonesia, Batam.

"Kemungkinan dari Batam," ucap Taufiq lagi.

Pernyataan itu bukan datang tanpa alasan. Pasalnya, kapal ilegal yang membawa WNI kerap ke Johor Bahru datang dari daerah itu.

"Kemungkinan kapal itu datang dari Batam, daerah pantai yang dekat dengan Johor Bahru ya di Batam," ucapnya.

Saat ini ditempat kejadian sudah ditemukan sejumlah paspor asal Indonesia. Jumlah korban sendiri sampai sekarang masih 13 orang yang terdiri dari 9 perempuan dan 4 laki-laki.

Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Herman Prayitno mengatakan para korban ditemukan di perairan laut pantai Kelise, Sungai Tengah, Bandar Penawar Kota Tinggi, Johor, Malaysia. Perairan itu berjarak tempuh 90 menit dari Johor Bahru.

Dia mengatakan, dari informasi yang diterima otoritas setempat, kapal itu tenggelam akibat hantaman ombak besar.

"Kapal tenggelam karena pukulan ombak yang tingginya kurang lebih 3 meter," ujarnya.

Herman juga mengatakan ada dugaan kapal nahas itu masuk ke perairan Malaysia secara tidak resmi.

Ini adalah kali kesekian kapal pembawa WNI mengalami kecelakaan di Malaysia. September lalu, sebuah kapal membawa warga Indonesia tenggelam. 64 dinyatakan tewas. 

Video Terkini