Sukses

Ngambek dan Boikot Debat Capres AS, Donald Trump Dikritik

Hal tersebut membuat ketar-ketir kubu Republik. Aksi Trump memboikot debat capres dianggap memecah belah partai.

Liputan6.com, Iowa - Debat kandidat capres AS Partai Republik berlangsung pada Kamis, 28 Januari 2016. Acara itu disiarkan oleh jaringan TV AS, Fox News.

Namun, ada yang berbeda kali ini. Acara yang kerap kali mendapat rating tertinggi itu tak dihadiri oleh kandidat frontrunner alias peringkat pertama, Donald Trump.

Bukan tanpa alasan taipan real estate itu tak menghadiri acara debat. Dua hari sebelumnya, ia berkoar tidak sudi datang ke acara debat itu.

Alasannya satu: sosok Megyn Kelly, penyiar kawakan Fox News dan pemandu acara Kelly File.

Perseteruan keduanya telah berlangsung dari debat pertama di Fox. Saat itu Trump menyebut perempuan layaknya babi. Kalimat itu membuat Kelly berang.

Berangnya Kelly membuat Trump menudingnya sedang PMS (sindrom pra-haid) dengan menyebut 'darah keluar dari mana-mana'. Sejak saat itu, keduanya kerap kali saling melontarkan kata-kata pedas, terutama di dunia maya.

Bukan Donald Trump kalau tidak membuat aksi kontroversial. Di saat para kandidat capres lainnya beradu argumen, Trump asyik berkampanye di depan para veteran AS yang berjarak selemparan batu dari lokasi debat yang diadakan oleh Fox.

Hal tersebut membuat ketar-ketir Partai Republik. Sebab, 4 hari mendatang, pemilihan awal wilayah Caucus Iowa akan segera dimulai. Aksi Trump itu dianggap memecah belah partai. 

Caucus Iowa penting bagi masing-masing partai yang beradu. Sebab, di sinilah siapa penentuan yang berhak terpilih sebagai pemenang kandidat capres. Oleh sebab itu, dilema buat Republik yang mempunyai kandidat nyentrik seperti Trump, yang mudah tersulut emosi dan kerap kali melontarkan cibiran pedas. Puncaknya hingga kali ini, melanggar jadwal debat.

"Ini langkah buruk bagi Trump. Ia terlihat sebagai bocah ngambek, bukan pemimpin," kata David Redlwask, dosen politik dari Rutgers University, seperti dilansir dari USAToday.

Senada dengan Aaron Kall, direktur debat kali ini yang juga pengajar di University of Michigan. Kall mengatakan boikot adalah kesalahan terbesar bagi kampanye Trump.

"Ini sebuah langkah berbahaya dan tak seharusnya ia lakukan karena dapat merusak reputasinya sendiri yang sudah... tercela," ujar Kall.

'Ngambek' Boikot Debat Capres AS, Donald Trump Dikritik (GOP)

Namun, Trump tak peduli. Menurut pihaknya, orang tertarik melihat debat karena ada  Donald Trump di dalamnya. Mereka bahkan memprediksi Fox akan rugi karena pemirsa bakal berkurang.

"Tiap Fox adakan debat GOP--Grand Old Party nama lain Republik-- pemirsanya sebesar 20 hingga 25 juta," kata juru bicara kampanye Trump Lewandowski.

"Tapi tanpa partisipasi Trump, saya rasa mereka hanya mendapatkan penonton 1 atau 2 juta saja," katanya penuh percaya diri.

Debat berjalan lancar

Kendati tak ada 'bintang' dalam debat kali ini, para kandidat tetap menunjukkan kepiawaiannya beradu pendapat. Tepukan tangan juga terdengar menggelegar ketika mereka saling melontarkan argumennya.

"Kampanye Presiden AS tidak melulu soal Donald Trump," ujar salah satu kandidat, Marco Rubio, ketika pembawa acara membuka pertanyaan tentang 'si gajah tidak ada di ruangan'. Gajah merujuk lambang partai Republik.

"Ia cukup menghibur. Ia jago di atas panggung sebagai komedian," ujar senator Florida itu.

Jeb Bush, yang kini kerap kali berseteru dengan Trump, bercanda bahwa ia berharap saingannya itu ada di ruangan.

"Saya agak rindu dengan Donald Trump. Dia seperti boneka teddy bear buat saya," kata Bush disambut tertawa dan tepuk tangan.

Acara juga berjalan cukup lancar. Fox sebagai penyelenggara debat, menolak anggapan bahwa mereka akan rugi karena diboikot Trump. Juga menolak tuduhan miluner seperti dalam Twitternya yang mengatakan banyak iklan yang mengundurkan diri.

"Tiket debat terjual ludes. Tak ada rating yang berkurang, tak ada pengiklan yang mengundurkan diri," tulis keterangan Fox.

"Kami juga tidak kehilangan sepeser pun," kata Paul Rittenberg, eksekutif wakil presiden untuk penjualan Fox News dan Fox Business.

Video Terkini