Sukses

Perjalanan Bus 'Maut', Tiket Sekali Jalan Menuju Markas ISIS...

Tersedia rute bus dari Beirut, Lebanon menuju Raqqa. Perjalanan menempuh bahaya. Penumpang mungkin tak bisa pergi.

Liputan6.com, Beirut - Kaca yang sedikit retak, debu menempel di sana-sini, dan beberapa tombol dashboard yang copot -- kondisi bus semacam itu tergolong normal di Beirut, Lebanon.

Namun, 9 penumpang di dalamnya sadar betul, mereka mungkin memegang tiket sekali jalan menuju 'maut'. Faktanya, anggapan itu tak berlebihan.

Dari terowongan gelap dan lembap di stasiun bus Charles Helou, di tengah Kota Beirut, Lebanon, bus itu melaju pelan ke arah Raqqa.

Rute tersebut sudah ada sejak beberapa tahun lalu, namun, kini kondisinya jauh berbeda. ISIS mengklaim Raqqa sebagai ibukota 'kekhalifahannya'.

Terdengar ironis, namun, para penumpangnya rela membayar demi busa menaiki bus yang melintasi perbatasan paling berbahaya di dunia. Dengan taruhan nyawa.

Dalam perjalanan 24 jam itu, bus melewati perbatasan di bawah kendali rezim Suriah, lalu mengarah ke Palmyra yang dikuasai ISIS, kemudian menuju utara ke Raqqa.

Para penumpang didera kekhawatiran. Cepat-cepat mereka menghabiskan rokok yang diisap. Sebab, ISIS melarang keras lintingan tembakau itu. Kelompok militan itu juga mengharamkan musik. Jika nekat melanggar, hukuman cambuk, bahkan penggal, menanti.

Para perokok cepat-cepat membasahi jari dan baju mereka dengan parfum, untuk menghilangkan jejak tembakau. Musik, gambar, dan sejumlah nomor rekan yang dekat dengan rezim Suriah, dihapus dari ponsel pintar. Pemeriksaan ISIS terkenal dilakukan sedetil mungkin.

Manajer bus menjelaskan kepada para penumpang aturan main, sebelum kendaraan itu dijalankan.

"Perempuan yang tidak berbusana sesuai aturan akan dikirim ke kamp pelatihan syariah," kata dia seperti dikutip dari CNN, Jumat (29/1/2016) "Tentu saja, penumpang perempuan harus didampingi muhrim pria."

Sekali masuk ke Raqqa, belum tentu bisa keluar dari cengkeraman ISIS (Reuters)



Sementara itu, para pria diwajibkan memanjangkan janggut, sealami mungkin, namun kumis harus dirapikan. "Celana tak boleh ketat, dan tinggi sepatu tak boleh melampaui aturan," tambah dia yang tak mau disebut namanya. 

Bus menuju Raqqa kerap balik dalam kondisi kosong. ISIS nyaris tak mengizinkan orang pergi dari wilayah kekuasaannya.

Pertanyaannya, apakah para penumpang sengaja menyerahkan diri ke organisasi teror itu?

Tak selalu begitu.

Misalnya, sekelompok penumpang bus. Mereka punya alasan untuk pergi ke markas ISIS. Untuk mengantarkan jenazah kerabat, demi bisa memakamkannya di kampung halaman.

Beberapa dari mereka berlinang air mata. Almarhum meninggal akibat serangan jantung. Proses repatriasi bak mimpi buruk. Keberangkatan bus ditunda 24 jam, menanti dokumen agar jenazah bisa dibawa ke luar dari Lebanon.

Tantangan bagi pengemudi bus yang paling luar biasa. Mereka harus menyetir, menempuh rute bahaya.

Terkadang jet tempur terbang rendah di atas bus. Kali lain, kendaraan itu jadi target penembak jitu (sniper). Apapun yang terjadi, bus harus tetap jalan.

"Pesawat tempur bisa jadi menjatuhkan bom di dekat bus. Itu normal! Dan tak ada satu pun yang bisa menebak dari mana peluru sniper menerjang. Itu yang membuat para penumpang takut," kata sang manajer.

Apakah orang bisa meninggalkan Raqqa? Kepada CNN, sejumlah orang bercerita tentang seorang pria yang sakit parah dan mendapatkan izin pergi selama 15 hari. Jika ia tak pulang atau terlambat kembali, rumah dan segala harta benda akan disita ISIS.

Raqqa yang dulunya bak surga kini bagai neraka di bawah kekuasaan ISIS (Reuters)



Salah satu pria mengaku berduka atas nasib kampung halamannya, di mana anak-anaknya tak bisa keluar rumah pada siang bolong sekalipun selama 4 tahun. Para bocah itu tak bisa sekolah.

"Dulu, Raqqa bak surga bagiku," kata dia. Itu sebelum ISIS berkuasa.

Angkara ISIS, serangan udara dan bom yang menargetkan organisasi teror itu, kemiskinan, kota yang tinggal puing dan sampah. Dia melanjutkan, "Raqqa kini serupa neraka."

Video Terkini