Sukses

Kisah Aksi Spionase Soviet dan Tinja Mao Zedong

Seorang mantan agen rahasia jaman Soviet mengaku Stalin melakukan spionase terhadap Mao Zedong melalui cara yang luar biasa.

Liputan6.com, Moskow - Pada masa Perang Dunia II banyak aksi spionase antar negara. Kebanyakan mereka menempatkan agen mata-mata. Hal itu dilakukan juga antara Soviet dan China. Namun, ada yang berbeda dalam mencari informasi saat itu. Bahkan boleh dikata, terlalu ekstrem. 

Hal itu dikemukakan oleh mantan  mata-mata Soviet yang membocorkan rahasia bahwa di masa lalu, saat Joseph Stalin berkuasa, pihak intelejen mereka telah memata-matai pemimpin China, Mao Zedong. Bukan sembarang spionase, namun dengan meneliti fesesnya untuk menganalisa kejiwaan Mao.

Sang mata-mata itu berkoar kepada sebuah surat kabar Rusia. Ia menemukan bahwa pada 1940 polisi rahasia Stalin membentuk departemen khusus meneliti feses warga Tiongkok.

Penemuan itu didapati oleh Igor Atamanenko seorang mantan agen mata-mata Soviet. Saat itu, ia sedang melakukan riset arsip mata-mata Rusia.

"Di hari-hari itu, Soviet tidak punya perangkat menguping seperti mata-mata sekarang ini," ujarnya kepada surat kabar Rusia, seperti dilansir dari BBC, Kamis 28 Januari.

"Itulah mengapa tim spesial kami pada saat itu melakukan kegiatan paling 'harum' untuk mendapatkan informasi pribadi tentang seseorang," kata Atamanenko.

Dikutip dari Shanghaiist.com, Stalin bahkan membangun sebuah laboratorium khusus untuk mempelajari sosok Mao lewat tinjanya.

Menurut Atamanenko, tinja Mao dicuri ketika ia berkunjung ke Moskow pada Desember 1949. Kedatangannya dimaksudkan untuk memastikan hubungan persahabatan erat dengan Negara Tirai Besi itu. 

Tanpa sepengetahuian Mao, polisi rahasia suruhan Stalin memasang toilet khusus untuknya yang terpisah dari sistem peturasan keseluruhan. Hal itu dimaksud untuk mengumpulkan contoh-contoh tinja, menganalisanya untuk menemukan jati diri sang Mao.

Kunjungan Mao Zedong kepada Joseph Stalin di Moskow pada Desember 1949. (Sumber Shanghaiist.com)

“Pihak Soviet dapat mendeteksi tingginya kadar asam amino Tryptophan. Mereka berkesimpulan bahwa orang itu tenang dan dapat diajak bicara. Namun demikian, kurangnya potasium dalam tinja dipandang sebagai tanda kecemasan dan orang yang kurang tidur.”

Sepertinya 'zat buangan' Mao tersebut tidak seperti yang diharapkan,  mengingat bahwa 10 hari setelah spionase tinja itu, Stalin memutuskan untuk tidak menandatangani kesepakatan yang diajukan Tiongkok.

2 dari 2 halaman

Mao Sadar Dimata-matai?

Ironisnya, Mao tidak menikmati kunjungannya di Rusia, karena merasa terkungkung dan merasa tempat tinggalnya disadap. Ia mengumpat-umpat dikelilingi tembok, “Saya di sini untuk melakukan lebih dari sekedar makan dan buang air besar!”

Menariknya, Mao juga disebutkan menolak menggunakan toilet siram yang bersebelahan dengan kamarnya dan lebih memilih jongkok di atas pot yang dibawanya dari Tiongkok. Apakah Mao mengetahui sesuatu?

Menurut sumber-sumber Atamanenko, laboratorium yang dimaksud dikepalai oleh Lavrenti Beria, yang mendapat dipercayakan tanggungjawab besar oleh Stalin.

Belakangan, Nikita Kruschev yang menggantikan Stalin menghentikan dan menutup laboratorium khusus itu.

Walaupun terdengar seru, Dinas Keamanan Federal Rusia menolak membenarkan cerita tersebut, “Kami tidak dapat memberi komentar pada kisah ini.”

Merujuk kepada Smithsonian Magazine, disebutkan bahwa Steven Rosen pernah menulis untuk BBC tentang mantan agen Soviet yang mengungkapkan program rahasia diktator Soviet untuk mengumpulkan contoh-contoh tinja dari para pemimpin negara lain di tahun 1940-an.

Rosenberg melaporkan bahwa dokumen dalam arsip Dinas Rahasia Rusia menyingkapkan bukti keberadaan laboratorium rahasia di mana para ilmuwan Sovyet mempelajari tinja para pemimpin dunia. Gagasan dasarnya adalah bahwa kandungan zat-zat tertentu di dalam tinja memberi gambaran tentang psikologi seseorang.

Video Terkini