Sukses

6 Penampakan Sayur dan Buah Ribuan Tahun Lalu

Semangka dan jagung yang Anda nikmati di masa kini tak selalu memiliki rasa dan bentuk seperti sekarang,

Liputan6.com, Jakarta - Buah dan sayuran yang ada saat ini, tak selalu berwujud seperti yang Anda ketahui.

Buah dan sayuran yang dimodifikasi genetika-nya, atau GMO (genetically modified organism) memicu kontroversi di masa kini. Namun sesungguhnya, demi membuat sayuran dan buah bisa dimakan, manusia kerap mengubah-ubah susunan genetika produk tanaman. Praktik ini bahkan sudah dilakukan sejak ribuan tahun!

Teknik GMO mungkin melibatkan penambahan gen dari organisme lain, seperti hewan dan bakteria, pada tanaman. Hasilnya, tanaman memiliki sifat-sifat yang semakin memudahkannya bertahan hidup, seperti ketahanan terhadap hama.

Dari pisang hingga terong, seperti dikutip Science Alert, inilah buah-buahan dan sayuran yang terlihat jauh berbeda sebelum dimodifikasi gen-nya dan dijadikan pangan manusia!

2 dari 4 halaman

Semangka dan Pisang

Semangka

Semangka liar. (Science Alert)

Lukisan Abad ke-17 dari Giovanni Stanchi menunjukkan semangka yang wujudnya jauh berbeda dengan semangka saat ini.

Daging buahnya tumbuh dalam bentuk menyerupai spiral, dan ada rongga-rongga di dalam buah. Beberapa orang mengira semangka dalam lukisan itu belum matang, namun, biji berwarna hitamnya menunjukkan hal sebaliknya.

Semangka modern. (Science Alert)

Sedangkan, semangka pada era modern memiliki bagian dalam merah sepenuhnya. Beberapa bahkan tanpa biji. Sesungguhnya, bagian merah itu adalah plasenta buah ini.

Pisang

Pisang liar. (Science Alert)

Pisang dibudidayakan sejak 7 ribu tahun lalu, bahkan ada yang menunjukkan sejak 10.000 tahun lalu, di Papua Nugini.

Pisang berasal dari dua varietas liar, Musa acuminta dan Musa balbiasiana. Keduanya memiliki banyak biji yang keras dan besar-besar.

Pisang modern. (Science Alert)

Sedangkan, pisang modern memiliki biji yang sangat kecil dan bisa dimakan. Ditambah lagi dengan bentuknya yang mudah dikupas.

Perbedaan lainnya dibanding 'nenek moyang'nya, adalah pisang modern lebih mengandung banyak nutrisi.

3 dari 4 halaman

Terong dan Wortel

Terong

Terong liar. (Science Alert)

Sepanjang sejarah, terong datang dengan berbagai bentuk dan warna, tidak hanya ungu, ada juga terong putih, biru, dan kuning.

Beberapa varietas terong paling awal dibudidayakan di Tiongkok kuno. Terong di masa lampau itu memiliki batang berkayu yang menghubungkan dengan bunganya.

Terong modern. (Science Alert)

Pengembangbiakkan dan modifikasi terong menyingkirkan batang berkayunya. Hasilnya ialah terong ungu dan lebih besar yang kerap kita lihat di pasar tradisional dan swalayan,

Wortel

Wortel liar. (Science Alert)

Wortel dibudidayakan pertama kali pada Abad ke-10 di Persia dan Asia Minor.

Aslinya, wortel berwarna ungu atau putih, dengan akar tipis yang bercabang-cabang. Seiring dengan modifikasi genetik, hilang pigmen ungunya, dan warnanya menjadi menguning.

Wortel modern. (Science Alert)

Akar putih dan tipis tanaman wortel kemudian diketahui memiliki cita rasa yang kuat dan bunga yang berkembang hingga dua tahun. Jadilah sayuran umbi berwarna oranye yang kita kenal.

4 dari 4 halaman

Jagung dan Persik

Jagung

Jagung liar. (Science Alert)

Perkembangbiakan selektif paling ikonik terjadi pada jagung manis Amerika Utara, yang dibiakkan dengan tanaman rumput teosinte yang tak bisa dimakan.

Cikal bakal jagung mulai dikembangbiakkan pada 7.000 tahun Sebelum Masehi, dan bertekstur kering.

Jagung modern. (Science Alert)

Hari ini, jagung berukuran 1.000 kali lebih besar dibanding 9.000 tahun lalu, juga lebih mudah untuk dikupas dan ditumbuhkan. Kandungan gulanya berjumlah 6,6 persen, bandingkan dengan jagung pada masa-masa awal yang memiliki hanya 1,9 persen kandungan gula.

Perubahan-perubahan itu terjadi sejak Abad ke-15, ketika penjajah dari Eropa mulai membudidayakan tanaman ini.

Persik

Persik liar. (Science Alert)

Dulunya, persik merupakan buah kecil yang berbentuk menyerupai cherry.

Buah ini didomestikasikan pada sekitar 4.000 Sebelum Masehi, oleh orang-orang China, dan diakui ada rasa tanah dan sedikit asin seperti kacang lentil.

Persik modern. (Science Alert)

Namun, setelah ribuan tahun, kini persik berukuran 64 kali lebih besar, 27 persen lebih berair, dan mengandung gula 4 persen lebih banyak. Rasanya manis dan segar saat digigit.

Video Terkini