Sukses

Korut Longgarkan Perbatasan, Program Reuni Kembali Berjalan

Pencabutan pengetatan melintas di perbatasan ini adalah langkah baik pemerintah Pyongyang. Terlebih, setelah beberapa bulan terakhir hubungan Korut dan Korsel menegang.

Liputan6.com, Seoul: Korea Utara mencabut aturan ketat lalu lintas perbatasan dengan Korea Selatan. Pencabutan pengetatan melintas di perbatasan ini adalah langkah baik pemerintah Pyongyang. Apalagi, setelah beberapa bulan terakhir hubungan Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) menegang. Demikian pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Korsel di Seoul, Selasa (1/9), seperti dilansir ANTARA.

Seiring dilonggarkan perbatasan, Korut telah mengizinkan 12 penyeberangan ke utara dan 11 penyeberangan balik dalam sehari. Seperti dikutip AFP, Kementerian Unifikasi Korsel menyatakan, hal itu jelas lebih baik dibandingkan dengan tiga kali penyeberangan dalam sehari saat masih di bawah kekangan yang diberlakukan pada akhir Desember silam.

Saat itu, pemerintah Pyongyang yang memprotes kebijakan keras Seoul, mengusir ratusan karyawan Korsel dari kawasan industri bersama di Kaesong, tak jauh dari utara perbatasan. Mereka kini diizinkan untuk kembali.

Selasa malam, kedua pihak diperkirakan akan melakukan langkah pertama atas dimulainya kembali program reuni antarkeluarga yang terpisah. Program ini sempat dihentikan sejak Oktober 2007. Mereka saling menukar nama 200 orang yang bermaksud menemui keluarga mereka di Utara atau Selatan, yang terpisah sejak perang Korea 1950-1953.

Setelah batas waktu pendaftaran hampir berakhir, 100 orang dari masing-masing pihak yang dipisahkan oleh perbatasan, akan mengadakan reuni dengan orang-orang yang dicintai. Reuni akan dilangsungkan dari 26 September sampai 1 Oktober mendatang.

Sikap permusuhan Korut meningkat setelah pemerintah baru Korsel yang dilantik Februari 2008, mengaitkan bantuan mereka dengan kemajuan proses perlucutan senjata nuklir Pyongyang. Peluncuran roket dan uji coba rudal Pyongyang pada musim semi lalu meningkatkan ketegangan-ketegangan regional, dan mengundang sanksi keras Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam gerakan rekonsiliasi pertama, Korut awal Agustus lalu mengampuni dan membebaskan dua wartawati AS. Ini setelah kunjungan mantan Presiden AS Bill Clinton ke Pyongyang.

Dalam pembicaraan dengan tamu eksekutif Hyundai, pelaku bisnis lintas perbatasan, pemimpin Korut Kim Jong-il menyatakan kesediaan untuk memulai kembali kunjungan turis, mencabut pemeriksaan perbatasan dan melanjutkan reuni keluarga. Korut juga membebaskan lima warga Korsel yang ditahan.

Sementara itu, Kim juga mengirimkan delegasi ke Seoul untuk menghadiri perkabungan mantan presiden Kim Dae-jung, dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Lee Myung-bak.(ANS)
    Video Terkini