Sukses

Suriah Serang Oposisi, PBB Hentikan Perundingan Damai di Jenewa

Masing-masing pihak saling menyalahkan atas berakhirnya perundingan.

Liputan6.com, Jenewa - PBB telah menghentikan sementara perundingan damai dalam upaya mengakhiri 5 tahun perang saudara di Suriah. Padahal baru beberapa hari dimulai.

Namun utusan khusus PBB , Staffan de Mistura menegaskan, perundingan itu tak berarti gagal. Rencananya akan dimulai lagi pada 25 Februari mendatang.

Masing-masing pihak saling menyalahkan atas berakhirnya perundingan.

Perundingan terhenti setelah pemerintah Suriah menyatakan mereka melancarkan serangan balasan pada oposisi, dan memotong jalur persediaan utama ke Kota Aleppo yang dikuasai pemberontak.

Televisi pemerintah Suriah melaporkan, tentara pemerintah sudah menembus pertahanan di Nubul dan Zahraa, 2 kota di barat laut Aleppo.

"Masih banyak yang harus dilakukan. Ini bukan akhir dan bukanlah kegagalan perundingan. Mereka datang dan tetap di sini. Kedua belah pihak menegaskan bahwa mereka berminat untuk memulai proses politik," kata Mistura terkait perundingan tersebut seperti dikutip dari BBC, Kamis (4/2/2016).

Kepala delegasi pemerintah Suriah menyalahkan oposisi atas penghentian tersebut. "Bashar Jaafari menuduh mereka bertindak di bawah perintah Arab Saudi, Qatar dan Turki yang telah menggagalkan perundingan," demikian disampaikan televisi pemerintah Suriah.

Dengan menyalahkan pemerintah atas kegagalan itu, oposisi Suriah, High Negotiations Committee atau Komite Negosiasi Tinggi (HNC) mengatakan mereka tak akan kembali sampai kondisi di lapangan membaik.

"Seluruh dunia melihat siapa yang menggagalkan negosiasi. Siapa yang mengebom warga sipil dan membuat mereka kelaparan," kata kepala kordinator HNC, Riad Hijab.

Pihak oposisi marah mengetahui bahwa serangan pemerintah yang didukung pesawat Rusia terus berlanjut saat perundingan berlangsung, seperti di Aleppo.

Prancis menuduh pemerintah Suriah dan Rusia dari melakukan tindakan untuk mengagalkan pembicaraan damai dengan aksi militernya.

Sementara AS mengatakan Rusia bisa disalahkan atas penghentian perundingan, dengan mengatakan bahwa serangan udara dengan sengaja menyasar kelompok oposisi. Namun sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa mereka tak akan menghentikan serangan udara sampai benar-benar mengalahkan organisasi teroris seperti Front al-Nusra.