Liputan6.com, Kaesong - Korea Selatan mengancam Korea Utara akan menghentikan segala aktivitas Kaesong-- zona industri antara kedua negara setelah Pyongyang keras kepala meluncurkan roket satelit.
Tak mau kalah diancam, Korea Utara (Korut) mengusir Korea Selatan (Korsel) dari Kaesong dan mendeklarasikan perang.
Menurut media resmi Korut, KCNA, selama ini Pyongyang telah menganggap wilayah Kaesong yang dikelola Korsel, adalah simbol kerjasama selama lebih dari satu dekade.
Advertisement
Puluhan truk dari Seoul telah kembali ke kota setelah membawa barang-barang dan peralatan dari Kaesong pada Kamis (11/2/2016) pagi, setelah sehari sebelumnya Korsel mengatakan akan hengkang dari kawasan itu.
"Ini tindakan tak termaafkan para boneka dengan menghentikan operasi di Kaesong, dengan mencari-cari alasan setelah Korut melakukan tes bom hidrogen dan meluncurkan satelit," kata anggota komite dari Korea Utara untuk Peaceful Reunification of Korea, seperti dilansir dari Reuters. Boneka yang dimaksud adalah Korsel.
Baca Juga
Korut kerap kali memanggil tetangganya boneka dari Amerika Serikat dan sering menuduh Korsel dan AS pemicu perang.
Setelah nekat uji coba bom hidrogen dan meluncurkan roket, AS, Jepang, dan Korsel sepakat menyatakan Korut telah melanggar resolusi PBB. Senat AS pun memberi sanksi semakin keras terhadap Pyongyang.
Korut telah memerintahkan pengusaha Korsel untuk keluar dari zona pada sore hari. Mereka juga melarang Selatan mengambil apapun kecuali barang pribadi, tulis KCNA. Sementara itu, Seoul segera bertindak menyelamatkan warganya yang bekerja di Kaesong setelah ancaman Utara.
Di zona itu, terdapat 124 perusahaan Korsel yang mempekerjakan 55.000 warga Korut. Dengan hengkangnya Seoul, jelas ini membawa dampak signifkan bagi kerja sama Utara-Selatan. Padahal kerja sama merupakan kesempatan yang jarang bagi kedua Korea setelah perang.
Pekerja Korut dan Ideologi yang Kuat
Para pekerja Korut diberi kesempatan untuk menikmati hidup ala Selatan di kompleks industri itu, yang terletak 54 kilometer dari Seoul. Mereka juga bisa menikmati snack khas Selatan seperti Choco Pies dan peralatan mandi yang di daerah asalnya merupakan barang mewah.
Para pekerja Korut juga merasakan sentuhan di bahu oleh para manajer Korsel atas ucapan terima kasih. Para pendukung zona itu mengatakan, kontak fisik seperti itu penting untuk promosikan pengertian antara dua Korea. Kendati mereka curiga bahwa uang pekerja Korut digunakan untuk membiayai program nuklir dan misil.
Selain Kaesong, kedua negara melarang warganya untuk saling berkomunikasi satu sama lain.
"Kami penuhi persediaan makanan dengan mie instan, roti, dan minuman kami untuk para pekerja dari Korut dan mereka bebas makan itu semua," kata Lee Jong-ku yang menjalankan industri peralatan listrik di Kaesong.
"Kami sama sekali tak keberatan mereka makan makanan kami, karena kami hanya peduli mereka bisa kerja keras," tambah dia lagi.
Bagi Utara, kendati keuntungan Kaesong mencapai US$ 110 juta pada 2015, tapi mereka khawatir pekerjanya terpengaruh Selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Utara melancarkan propaganda tentang China dan Korsel.
"Para pekerja Korut ini memiliki ideologi yang kuat," kata Koo Ja-ick salah seorang pekerja Korsel.
"Mereka tak pernah bertindak secara individu. Mereka selalu bekerja dalam kelompok, bergerak dan berjalan dengan grup dua atau tiga orang bahkan selevel manajer. Mereka bahkan tak pernah pergi ke kamar mandi sendirian," tambah dia lagi.
Rata-rata pendapatan pekerja Korut sekitar US$ 160 per bulan. Dibayar oleh manajer perusahaan. Para pekerja mendapatkan 20 persen dari gaji mereka berupa voucher dan mata uang Korut.