Sukses

Turki Ancam Buka Perbatasan dan Kirim Pengungsi ke Eropa

PM Erdogan menyatakan ketidaksetujuannya soal cara Barat menangani pengungsi.

Liputan6.com, Jazan - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan , mengancam akan membuka gerbang perbatasan dan membiarkan para pencari suaka membanjiri Eropa. 

Dalam pidatonya di Ankara pada Kamis, 11 Februari 2016, Erdogan mengatakan ketidaksetujuannya terhadap cara Barat menangani pengungsi dan mengatakan akan mengucapkan 'selamat tinggal' pada pengungsi.

Ribuan pencari suaka nyaris setiap hari menyeberangi Laut Aegean dari Turki ke Eropa. Dalam tekanan Uni Eropa dan PBB, Ankara dipaksa untuk mendirikan tenda bagi mereka. Sementara itu, rezim Bashir al-Assad di Suriah, negara-negara koalisi serta Rusia kian menggempur kota-kota di negara yang tengah dilanda konflik itu, termasuk Aleppo.

Hal itu membuat semakin banyaknya orang kabur dari Suriah, terutama dari Aleppo. Ini yang membuat Turki geram karena gencatan senjata dan dialog tak kunjung berhasil. Sementara pengungsi semakin membeludak.

 "Di jidat kami tidak tertera kata 'idiot'. Kami sabar, benar, tapi kami ada batasnya," kata Erdogan seperti dilansir dari The Guardian.

Turki telah menampung 2,5 juta pengungsi dari Suriah dan ratusan ribu dari Irak. Namun, tak satu pun negara-negara koalisi, PBB dan Uni Eropa membantu keuangan. Penerjunan kapal ke Laut Aegean untuk mengurangi pengungsi bagi Erdogan tak menjawab masalah. 

Belum lagi krisis di Aleppo yang membuat para pencari suaka terdampar di perbatasan kota itu dengan Turki. PBB meminta Ankara membuka pintu bagi mereka. 

Pejabat Uni Eropa meminta Turki mengizinkan puluhan ribu pengungsi Suriah yang terjebak di perbatasan di Kilis setelah menyelamatkan diri dari pertempuran.

Kepala Kebijakan Politik Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan, ada kewajiban moral, selain juga hukum, untuk memberi perlindungan terhadap pengungsi.

"Uni Eropa menyediakan pendanaan bagi Turki untuk memastikan bahwa negara itu memiliki alat dan sumber daya untuk melindungi serta menerima orang-orang yang mencari suaka," ujar Mogherini. 

Pada November tahun lalu, Uni Eropa menyepakati perjanjian dengan Turki untuk menawarkan 3 miliar euro (sekitar Rp 45 triliun) untuk melindungi pengungsi Suriah yang ada di Turki.

Namun, pemerintah Turki sendiri mengatakan, para pengungsi sebenarnya telah menerima bantuan makanan dan penampungan dari dalam negeri Suriah sehingga mereka tak perlu menyeberang.

Erdogan telah menghabiskan dana sebesar US$9 juta semenjak perang saudara di Suriah pecah. Sementara, PBB hanya menggelontorkan uang setengah juta dolar bagi pengungsi.

"Kalian semua memalukan!" kata Erdogan menutup pidatonya. 

Â