Liputan6.com, Jakarta - Pada hari ini, tahun 1959, pemimpin revolusioner Fidel Castro disumpah jadi perdana menteri. Ia menjadi PM termuda yang pernah hidup di Kuba.
Pada usia ke 32 tahun, ia dilantik menjadi PM di Ruang Kabinet Istana Presiden Havana.
Castro memimpin pemberontakan terhadap 7 tahun pemerintahan Presiden Fulgeneio Batista. Ia mengomandoi Tentara 26 Juli, sebuah kekuatan gerilya yang menyingkirkan rezim lama ke pengasingan pada malam tahun baru.
Advertisement
Pelantikan ini adalah pertama kalinya bagi Castro yang  diasumsikan sebagai tanggung jawab administratif dalam pemerintahan sementara yang baru.
Koran Kuba Revolusi --dianggap sebagai media suara Tentara 26 Juli-- menjelaskan pengangkatannya adalah untuk memecahkan masalah "pembubaran kekuasaan", karena banyak pekerja dan industri telah mengamati pernyataan Castro dan dibanding pemerintah sejak revolusi .
Baca Juga
Menurut surat kabar, "sekarang pemerintah, revolusi dan orang-orang akan mengambil jalan yang sama."
Castro sedang cuti dari jabatannya sebelumnya sebagai Komandan dari angkatan bersenjata ketika Dr Jose Miro Cordoba --Perdana Menteri sejak 5 Januari-- dan kabinetnya mengundurkan diri, tanpa penjelasan, dua hari sebelumnya.
Beserta pendukungnya, media Kuba dan asing menyaksikan Fidel Castro disumpah di kantor mengenakan seragam hijau zaitun tentara pemberontak dan topi olahraganya persegi dan jenggot. Itu merupakan gaya khas Castro.
"Kami memiliki rencana besar dan kita menderita ketika kita tidak bisa menempatkan peralihan kepemimpinan dengan cepat, namun persiapan teknis mengambil waktu," ucap Castro setelah dilantik seperti dilansir BBC On This Day.
Dia juga membantah memiliki kepentingan dalam mengambil alih sebagai presiden, dan mengatakan langkah hukum untuk menurunkan usia kelayakan adalah inisiatif dari presiden petahana Manuel Urrutia Lleo.
Presiden Urrutia dan Perdana Menteri Castro adalah sekutu lama dan diharapkan bekerja sama untuk mencapai tujuan revolusi reformasi ekonomi dan standar hidup untuk semua orang Kuba.
Di hari yang sama pada tahun 1972, ratusan ribu pekerja tambang di Inggris mogok kerja. Mereka menuntut perbaikan taraf hidup, pengurangan jam kerja serta kenaikan upah.
Akibat aksi mogoknya itu, rumah-rumah dan pabrik-pabrik mengalami kekurangan pasokan listrik. Akibatnya, negara berstatus darurat.
Â