Liputan6.com, Mexico City - Perkelahian tengah malam antar dua pemimpin geng narkoba Zetas -- yang memperebutkan kendali atas lapas -- memicu rusuh besar di lembaga pemasyarakatan Topo Chico, Meksiko pada Kamis 11 Februari 2016.
Tak hanya saling bertarung, para narapidana juga menyulut kebakaran di dua area di dalam lapas.
Akibatnya maut, 49 penghuni penjara tewas. Sementara, belasan lainnya terluka bahkan kritis.
Seperti dikutip dari BBC, Selasa (16/2/2016) Gubernur Nuevo Leon, Jaime Rodriguez mengatakan 60 martil, 86 pisau, dan 120 belati digunakan dalam kerusuhan.
Baca Juga
Sebagian besar korban tewas akibat luka tusukan atau dipukuli dengan tongkat. Nyawa salah satu narapidana melayang akibat ditembak petugas -- yang kini telah ditahan atas tuduhan pembunuhan.
Sementara, Kepala Lapas Gregoria Salazar Robles dan wakilnya Jesus Fernando Dominguez Jaramillo juga diperkarakan atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.
Kerusuhan tersebut terjadi sehari sebelum kedatangan Paus Fransiskus di Meksiko, yang juga mengagendakan kunjungan ke lapas di Ciudad Juarez -- yang dijuluki 'ibukota' pembunuhan di dunia.
Advertisement
Setelah merebut kendali atas Topo Chico, aparat keamanan menggeledah lembaga pemasyarakatan tersebut.
"Kami telah memegang kendali penuh atas lapas," kata Jaksa Agung Nuevo Leon, Roberto Flores seperti dikutip dari CNN. "Kami akan melakukan tindakan untuk menenangkan lokasi yang overkapasitas ini dan memastikan hal serupa tak terjadi pada masa depan."
Penjara Mewah
Di dalam lapas, aparat menemukan penjara-penjara mewah 'ala hotel bintang 5'.
Di balik sejumlah bui, terdapat sauna, bar, akuarium, televisi kabel, dan kulkas. Para napi 'istimewa' itu juga tak perlu kepanasan, sebab, sel mereka dilengkapi pendingin udara.
Aparat juga mememukan 280 kedai makanan dan kelontong, di mana para narapidana bisa membeli barang-barang kebutuhan dengan mudah.
Kondisi mereka bertolak belakang dengan narapidana biasa yang berdesakan di dalam sel. Topo Chico mengalami overkapasitas 35 persen dari semestinya, dengan dihuni lebih dari 3.800 pelaku kejahatan.
Mereka yang tak punya uang untuk membayar 'lapak' terpaksa tidur bergantian, atau mengistirahatkan badan di koridor lapas.
Polisi juga membongkar ratusan altar Santa Muerte, Dewi Kematian, yang dipuja para anggota kartel narkoba dan jutaan warga Amerika Selatan lainnya.
Sosok Saint Death digambarkan seperti 'malaikat maut' -- mengenakan jubah satin, kalung manik-manik, dan membawa sabit. Ia diyakini mengabulkan permintaan tanpa menghakimi orang.
Meski Paus Fransiskus tak menyebut sosok Santa Muerte dalam misa di Meksiko, Gereja Katolik Roma tak mengakui keberadaannya.
"Jangan berdialog dengan iblis, karena ia akan selalu menang atas diri Anda," kata Paus di Meksiko seperti dimuat Reuters.