Sukses

Ada Misil Tiongkok di Laut China Selatan?

Menurut pejabat AS, misil yang terlihat dalam citra satelit itu berjenis HQ-9 air. Senjata itu mampu meluncur hingga jarak 200 km.

Liputan6.com, Washington, DC - Sebuah gambar satelit terbaru memperlihatkan Tiongkok kini telah membangun luncuran misil di salah satu wilayah sengketa-- Pulau Spratley, Laut China Selatan.

Tensi di kawasan tersebut meningkat setelah dua luncuran berisi masing-masing 8 misil serta sistem radar dikerahkan di Pulau Woody minggu lalu. Aksi itu terekam oleh satelit perusahaan swasta ImageSat International.

Gambar bertanggal 14 Februari itu memperlihatkan keberadaan peralatan tersebut. Padahal di area yang sama pada 3 Februari masih kosong melompong, seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (17/2/20)

Menurut salah satu pejabat AS misil yang terlihat dalam citra satelit itu berjenis HQ-9 air defence system. Senjata itu mampu meluncur hingga sejauh 200 kilometer dan dianggap bisa jadi ancaman di kawasan.

"Saya tak ingin berkomentar terkait urusan intelijen. Yang pasti kami sedang berfokus untuk urusan ini," kata pernyataan dari Departemen Pertahanan AS.

"Amerika Serikat tetap meminta para 'pengklaim' untuk menghentikan reklamasi, konstruksi, dan militerisasi di Laut China Selatan," lanjut pernyataan itu.

Bulan lalu, dalam rangka 'kebebasan navigasi' kapal angkatan laut AS belayar ke salah satu pulau yang tengah jadi sengketa, rangkaian Kepulauan Paracel, termasuk di dalamnya Pulau Woody.

Pelayaran itu dalam rangka latihan. China, Taiwan dan Vietnam saling berkompetisi untuk mengklaim area itu. Sementara AS menuduh mereka tengah melakukan militerisasi pulau-pulau itu.

Tiongkok dianggap telah melakukan aksi berbahaya dan tak bertanggung jawab, sementara Beijing menuduh AS lah yang memicu militerisasi di Laut China Selatan.

"AS akan terus terbang, berlayar, beroperasi apapun itu di kawasan di mana hukum internasional berlaku," cetus Presiden AS Barack Obama yang kini tengah menghadiri KTT AS-ASEAN di California. Ia mengatakan Laut China Selatan merupakan zona bebas navigasi.

"Kamu akan terus mendukung hak-hak negara lain untuk melakukan hal yang sama," tambahnya.

Sementara itu, menteri Luar Negeri China, Wang Yi rencananya akan melakukan jumpa pers bersama Menlu Australia Julie Bishop yang sedang melakukan dialog strategis dengannya.

Bishop mengatakan saat pertemuan nanti, ia akan melontarkan pertanyaan kepada lawan bicaranya sehubungan dengan aktivitas di Laut China Selatan.